Beranda / Gaya Hidup / Perhiasan Mutiara Indonesia Kian Bersinar di Pasar Dunia

Perhiasan Mutiara Indonesia Kian Bersinar di Pasar Dunia

Minggu, 01 September 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Perhiasan mutiara. Foto: Ist

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Indonesia adalah salah satu penghasil mutiara terbaik di dunia. Perhiasan mewah ini, hasil budidaya di perairan nusantara, telah memberikan kontribusi besar pada sektor perikanan Indonesia, khususnya dalam periode 2019-2023.

Nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai US$ 110,5 juta, atau sekitar Rp 1,7 triliun (kurs US$ 1 = Rp 15.410) pada 2023, dengan berat sekitar 10,1 ton, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya.

Pada 2022, ekspor mutiara hanya mencatatkan nilai US$ 51,5 juta, sedikit lebih tinggi dari masa sebelum pandemi Covid-19 pada 2019 yang sebesar US$ 45,4 juta. Pada 2020, saat pandemi mulai merebak, nilai ekspor turun menjadi US$ 38,1 juta, dan pada 2021 mencapai US$ 41 juta.

Meski mengalami penurunan selama 2020, ekspor mutiara Indonesia bangkit kembali sejak 2021, dengan peningkatan signifikan sebesar 114,57 persen pada 2023.

Pasar utama mutiara Indonesia adalah Jepang, yang menyerap 47,6 persen dari total ekspor. Jepang menjadi destinasi utama berkat industri perhiasannya yang berkembang pesat. Selain Jepang, Hong Kong (31,6 persen) dan Australia (18,9 persen) juga menjadi tujuan ekspor utama karena permintaan tinggi dari sektor perhiasan mereka.

Di pasar global, Indonesia bersaing dengan Hong Kong, Jepang, dan China yang juga merupakan eksportir besar mutiara. Meski persaingan ketat, Indonesia tetap mempertahankan posisinya berkat kualitas dan keberlanjutan produksinya. Menurut data tim riset CNBC Indonesia, Indonesia kini menjadi eksportir mutiara terbesar keempat di dunia.

Mutiara Indonesia dikenal dengan keunggulan kilau dan ketahanannya, berkat kondisi perairan yang optimal dengan tingkat keasaman dan suhu yang sesuai, serta metode budidaya berkelanjutan. Provinsi seperti Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua Barat, Jakarta, dan Bali menjadi pusat produksi utama.

Pada 2023, Nusa Tenggara Barat mencatat nilai ekspor tertinggi sebesar US$ 25,9 juta, diikuti Maluku dengan US$ 24,9 juta, dan Papua Barat dengan US$ 23,5 juta. Maluku mencatat lonjakan ekspor hingga 205,26 persen, mencerminkan potensi besar di sektor ini.

Untuk mempertahankan posisi di pasar global, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas mutiara. Dengan keunggulan yang dimiliki, Indonesia terus bersinar di pasar internasional.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda