Masuk Fase Endemi, Masih Dibutuhkan Vaksin COVID-19 teruntuk Masyarakat?
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Endemi. Foto: Pixabay
DIALEKSIS.COM | Nasional - Pernyataan terkait Indonesia sudah memasuki fase endemi COVID-19 telah ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Beberapa pihak memperkirakan endemi kemungkinan bisa dideklarasikan pada awal tahun 2022 mendatang.
Lalu, Anda mungkin mempertanyakan soal penggunaan vaksin COVID-19 kedepannya. Apakah masih relevan dan dibutuhkan sebagaimana adanya? Masihkah masyarakat membutuhkan vaksin suntikan keempat atau bahkan kelima?
Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengungkapkan bahwa memang masyarakat berharap akan segera memasuki fase endemi COVID-19. Namun, penting untuk tetap waspada terutama dengan varian baru COVID-19, XBB.
"Kita berharap kita segera memasuki fase endemi. Kalau kita lihat kajian-kajian mengatakan semoga awal tahun depan kita sudah bisa men-declare bahwa kita sudah masuk fase endemi," ujar Dirga dalam virtual class bersama Liputan6.com ditulis Sabtu, (22/10/2022).
"Walaupun saya ingatkan, hati-hati sekarang di Singapura ada varian baru lagi. Varian XBB yang menyebabkan lonjakan kasus. Jadi kita jangan sampai kecolongan, tetap waspada agar kita bisa masuk endemi dengan baik."
Varian XBB sendiri sebenarnya sudah masuk ke Indonesia. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin. Pria yang akrab disapa BGS ini menyebut bahwa varian XBB telah masuk dan akan terus dipantau.
"Singapura kasusnya naik lagi ke 6 ribu per hari karena ada varian baru namanya XBB. Varian ini juga sudah masuk di Indonesia," kata Menkes Budi dalam acara daring Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022 di Jakarta pada Jumat, 21 Oktober 2022.
Lalu, Masih Terus Butuh Vaksin COVID-19?
Lebih lanjut Dirga mengungkapkan bahwa vaksinasi COVID-19 masih tetap dibutuhkan meskipun Indonesia nantinya sudah memasuki fase endemi. Terutama bagi kelompok yang masuk kategori berisiko.
"Endemi itu bukan berarti COVID-19 hilang, tidak. COVID-19 ada di tengah-tengah kita, tapi kita sudah tahu cara hidup berdampingan dengan COVID-19 bagaimana," kata Dirga.
"Vaksinasi akan tetap dibutuhkan terutama untuk mereka yang berisiko tinggi. Satu, orangtua. Dua, kelompok orang-orang dengan komorbid. Tiga, tenaga kesehatan. Jadi bukan berarti kalau sudah endemi, tidak perlu vaksin COVID-19 lagi."
Bahkan menurut Dirga, vaksin COVID-19 mungkin akan diberikan secara berkala. Misalnya setiap satu atau dua tahun sekali. Khususnya bagi kelompok berisiko yang telah disebutkan olehnya di atas.
"Dan ingat, cakupan vaksinasi yang tinggi terutama vaksinasi booster itu merupakan syarat mutlak supaya kita bisa masuk fase endemi dengan aman," ujar Dirga.
Vaksin COVID-19 Buatan Indonesia
Seperti diketahui, Indonesia telah berhasil menyelesaikan vaksin COVID-19 buatan anak negeri yang dinamai IndoVac. Vaksin buatan Bio Farma ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Ketersediaan vaksin IndoVac untuk mengisi slot vaksinasi COVID-19 pun dipersiapkan oleh berbagai pihak. Rencananya, vaksin ini akan diberikan untuk remaja dan anak-anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, Dirga mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian, efektivitas atau efikasinya mencapai lebih dari 80 persen. Saat ini, IndoVac juga digunakan lebih dulu untuk vaksinasi pertama dan kedua.
"Tapi dalam waktu dekat, kalau sudah ada izin dari Badan POM, maka akan digunakan untuk vaksinasi booster juga. Tidak menutup kemungkinan nantinya akan digunakan untuk vaksin pada anak-anak," kata Dirga.
Vaksinasi COVID-19 dan Gagal Ginjal Akut
Dalam kesempatan yang sama, Dirga pun membahas soal vaksinasi COVID-19 dan gagal ginjal akut yang belakangan heboh di masyarakat. Dirga memastikan bahwa tidak ada kaitannya antara gagal ginjal akut dengan vaksinasi COVID-19. Hal tersebut lantaran dari kasus yang ada, kebanyakan anak justru belum mendapatkan vaksin.
"Tidak ada hubungannya. Kenapa? Karena mayoritas yang kena balita, dibawah lima tahun. Sementara di Indonesia vaksin untuk anak dibawah enam tahun itu belum divaksinasi COVID-19," kata Dirga.
"Jadi ini kita jawab, gangguan ginjal akut yang sekarang terjadi di Indonesia pada anak tidak ada hubungannya dengan vaksin COVID-19."
Berdasarkan data terakhir Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, setidaknya sudah terdapat 241 anak yang mengalami gagal ginjal akut. 133 diantaranya dilaporkan telah meninggal dunia. [liputan6.com]