kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Jika Berkunjung ke Aceh, Jangan Lupa Rasakan Manisan Tebu Tradisional Pidie

Jika Berkunjung ke Aceh, Jangan Lupa Rasakan Manisan Tebu Tradisional Pidie

Minggu, 10 Januari 2021 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

 Foto: Jamal Pangwa


DIALEKSIS.COM | Aceh - Aceh dikenal memiliki lokasi wisata alam dan wisata bahari yang menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Di luar itu, Tanah Rencong juga kaya akan kuliner khasnya, dari mi aceh, kuwah beulanggong, hingga yang terbaru adalah menu unik yakni manisan tebu.

Manisan tebu itu pun semain melengkapi buah tangan andalan Aceh seperti kopi maupun kopiah meukeutop serta rencong. Apabila tertarik menikmati manisan tebu buatan lokal, maka Anda jangan lupa untuk ke Kabupaten Pidie jika berwisata ke bumi Serambi Mekkah.

Di sini, Anda bisa membawa pulang manisan tebu sekaligus melihat langsung cara proses pembuatannya di lokasi kebun tebu yang cukup unik dan masih alami dengan suasana pendesaan. Ya, sejumlah warga di Desa Dayah Adan, Kecamatan Mutiara timur, Kabupaten Pidie, sehari-hari beraktivitas sebagai pembuat manisan tebu secara tradisional.

Dari sekian banyak penjual manisan tebu tradisional, salah satunya adalah yang dijalankan keluarga Hasnah. Dengan lokasi usaha yang berada di tengah-tengah perkebunan tebu, keluarga Hasnah memasak manisan tebu secara alami melalui bantuan tenaga kerbau.

Proses pengolahan yang unik bakal membuat orang yang baru melihatnya tertarik. Di sini dapat disaksikan secara langsung proses pembuatan manisan tebu, mulai dari pemotongan, pembersihan tebu, hingga penggilingan mengunakan tenaga kerbau.

Selain keluarga Hasnah, terdapat juga pembuat manisan tebu pasangan pasutri lanjut usia yakni keluarga Abu Bakar. Usaha ini mereka lakoni sudah turun temurun. Meski usia Abu Bakar dan istrinya sudah tua, namun keluarga besar yang lain sangat mendukung usahanya.

Manisan tebu tersebut dijual dengan harga hingga Rp400 ribu per satu drum, yang memiliki bobot sekitar 20kg. Menurut Abu Bakar, manisan yang dibuat oleh warga di Desa Dayah Adan ini tidak mengunakan bahan pengawet.

"Manisan ini biasanya merupakan bahan tambahan dalam pengolahan rujak aceh. Ada juga yang dijadikan sebagai obat penyakit tertentu," ungkapnya.

Bagi yang tertarik dan ingin berkunjung ke lokasi pengolahan manisan tebu tradisional Aceh, Anda cukup menempuh waktu sekitar 15 menit dari Kota Sigli atau 2 jam dari Kota Banda Aceh [sindonews].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda