Minggu, 20 April 2025
Beranda / Gaya Hidup / Iflan Nauval, Ahli Gizi USK: Proaktif Cegah Kanker Usus Gen Z

Iflan Nauval, Ahli Gizi USK: Proaktif Cegah Kanker Usus Gen Z

Kamis, 17 April 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Dr. Iflan Nauval, M.ScIH, SpGK (K) ahli gizi Universitas Syiah Kuala sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Wilayah Aceh. Foto: doc Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dokter bedah Mark Soliman memperingatkan Generasi Z (Gen Z) untuk lebih waspada terhadap kanker kolorektal (usus besar dan rektum). Pasalnya, penyakit yang sebelumnya identik dengan kelompok usia lanjut ini kini semakin banyak menyerang anak muda di rentang usia 20 - an.

“Sangat memilukan melihat pasien berusia 25 tahun datang dengan kanker stadium lanjut. Padahal, ini bisa dicegah,” ujar Soliman.

Keprihatinan serupa disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Wilayah Aceh, dr. Iflan Nauval, M.ScIH, SpGK (K). Menurutnya, pola hidup tidak sehat menjadi biang keladi lonjakan kasus kanker kolorektal di kalangan anak muda.

“Makanan cepat saji, minim serat, minuman manis berlebihan, kurang gerak, dan begadang adalah kombinasi berbahaya yang merusak kesehatan usus,” kata Iflan saat dihubungi Dialeksis, Kamis, 17 April 2025.

Iflan menjelaskan, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat memperlambat metabolisme, memicu penumpukan zat karsinogenik di saluran pencernaan. 

“Junk food dan minuman manis menyebabkan peradangan kronis di usus. Ditambah kebiasaan duduk lama karena kerja atau main gadget, risiko kanker semakin tinggi,” ujarnya.

Faktor lain yang sering diabaikan adalah penggunaan antibiotik berlebihan sejak kecil. “Antibiotik merusak mikrobiota usus, bakteri baik yang melindungi pencernaan. Ketidakseimbangan ini memicu mutasi sel dan peradangan,” tambahnya.

Stres kronis juga disebut memperburuk kondisi. “Gen Z kerap terpapar tekanan pekerjaan atau media sosial. Stres meningkatkan hormon kortisol yang melemahkan imunitas, membuka peluang sel kanker berkembang,” papar Iflan.

Masalah utama, menurut Iflan, adalah gejala awal kanker kolorektal kerap diabaikan. “BAB berdarah atau sakit perut berkepanjangan dianggap maag biasa. Padahal, itu bisa jadi tanda polip atau tumor,” tegasnya.

Akibatnya, 60 persen kasus pada anak muda baru terdeteksi di stadium III atau IV. “Pada stadium lanjut, pengobatan lebih rumit dan harapan hidup menurun drastis,” imbuhnya.

Iflan mendorong skrining dini bagi yang memiliki riwayat keluarga kanker atau gejala mencurigakan. “Kolonoskopi atau tes darah samar bisa mendeteksi kelainan sebelum berkembang menjadi ganas,” ucapnya.

Untuk meminimalkan risiko, Iflan memberikan enam rekomendasi; perbanyak serat dari sayur, buah, dan biji-bijian, kurangi daging merah dan makanan olahan yang tinggi nitrat, olahraga rutin minimal 30 menit per hari, kelola stres dengan meditasi atau konseling, hindari rokok dan alkohol, tidur cukup 7-8 jam untuk regenerasi sel.

“Perubahan gaya hidup sederhana bisa mengurangi risiko hingga 70 persen. Jangan tunggu sakit untuk mulai peduli kesehatan,” katanya.

Soliman dan Iflan sepakat bahwa kesadaran dan tindakan preventif adalah kunci. “Gen Z harus proaktif. Jangan anggap remeh gejala atau merasa terlalu muda untuk skrining,” pesan Iflan.

Diakhir komentarnya Iflan mengimbau pembaca yang mengalami gejala seperti BAB berdarah, penurunan berat badan drastis, atau nyeri perut lebih dari dua minggu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar