DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bagi masyarakat Aceh, kopi bukan sekadar minuman penghilang dahaga. Dari warung sederhana di desa hingga kafe modern di perkotaan, secangkir kopi sudah melekat sebagai identitas budaya. Namun di balik aromanya yang khas, kopi menyimpan potensi lain yakni mendukung gaya hidup sehat untuk mencegah diabetes.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Yusni Johan M. Kes AIF, menekankan bahwa kopi, bila dikonsumsi dengan cara tepat, dapat berperan sebagai pendamping pola hidup sehat. “Kopi bukan obat, tapi bisa menjadi bagian dari upaya mencegah diabetes bila dinikmati tanpa gula,” ujarnya kepada Dialeksis saat dihubungi membahas manfaat kopi, Jumat (22/08/2025).
Data Federasi Diabetes Internasional (IDF) menempatkan Indonesia di peringkat kelima dunia jumlah penderita diabetes, setelah Tiongkok, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Pada 2024, sekitar 20,4 juta orang Indonesia hidup dengan diabetes, setara 11,3 persen populasi dewasa.
Aceh, menurut Riset Kesehatan Dasar, masuk lima besar provinsi dengan prevalensi diabetes tertinggi. “Artinya, masyarakat Aceh juga harus lebih waspada. Gaya hidup tidak sehat, minim olahraga, dan kebiasaan mengonsumsi minuman manis menjadi pemicu utama,” kata Yusni.
Pada 2022, Yusni meneliti potensi kopi terhadap kesehatan. Riset yang dipublikasikan di jurnal internasional Pharmacia menemukan bahwa konsumsi kopi hitam tanpa gula menurunkan kadar gula darah sekaligus menekan hormon stres, kortisol, pada perempuan sehat.
“Hormon kortisol berperan meningkatkan gula darah. Jika kadarnya terus tinggi, risiko diabetes pun meningkat. Kopi hitam terbukti dapat menurunkan kortisol, sekaligus merangsang hormon GLP-1 yang membantu pankreas menghasilkan insulin,” jelasnya.
Selain itu, kopi kaya antioksidan dan bersifat antiinflamasi. Kedua zat ini mendukung sensitivitas insulin dan menjaga sel beta pankreas tetap berfungsi optimal.
Kopi mengandung asam klorogenat (CGA) yang berfungsi menghambat penyerapan gula di usus dan menekan pelepasan gula dari hati. Dalam satu cangkir kopi, terdapat 35“100 miligram CGA. “Selain CGA, kopi juga punya trigonelin, polifenol, dan sedikit serat larut yang bermanfaat mengontrol lonjakan gula darah,” ujar Yusni.
Namun, manfaat itu hanya bisa diperoleh bila kopi dikonsumsi murni tanpa tambahan gula atau susu kental manis.
“Kebiasaan menambah pemanis justru membuat kopi berubah menjadi pemicu diabetes. Cobalah biasakan menikmati rasa asli kopi, kurangi gula sedikit demi sedikit,” sarannya.
Meski demikian, Yusni mengingatkan kopi bukan solusi ajaib. Penderita maag atau hipertensi perlu berhati-hati, sementara batas aman konsumsi kafein sekitar 3“4 cangkir per hari atau setara 400 miligram.
“Jangan hanya mengandalkan kopi untuk mencegah diabetes. Kunci utama tetap pola makan sehat, olahraga teratur, tidur cukup, dan pemeriksaan kesehatan berkala,” tegasnya.
Bagi Yusni, kopi hanyalah pintu masuk untuk menyadarkan masyarakat Aceh bahwa gaya hidup sehat tidak harus mahal. “Mulailah dari hal sederhana: secangkir kopi hitam tanpa gula,” katanya.