Jum`at, 11 April 2025
Beranda / Gaya Hidup / Gagasan Nikahi Gadis Rusia: Solusi Pria Aceh Hindari Mahar Tinggi?

Gagasan Nikahi Gadis Rusia: Solusi Pria Aceh Hindari Mahar Tinggi?

Minggu, 06 April 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Kecantikan wanita Russia. Foto:  Yandex.Dzen




Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Wanita Rusia Itu Mahal, Jangan Dekati Dia Jika Dompetmu Tipis", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/aryapradanabudiarto/62c1b23abb448616195f0232/wanita-rusia-itu-mahal-jangan-dekati-dia-jika-dompetmu-tipis


Kreator: Arya Pradana Budiarto




Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Di tengah gempuran harga emas yang melambung hingga nyaris menembus Rp6 juta per mayam (4,3 gram) di Aceh, para bujangan di Serambi Mekkah semakin pusing memikirkan mahar pernikahan yang kian tak terjangkau. Namun, sebuah kabar tak biasa beredar di kalangan pemuda: "Daripada berutang buat beli emas, lebih baik cari istri ke Rusia!"

Isu ini muncul setelah ramai kabar bahwa pemerintah Rusia memberi insentif bagi pria asing yang menikahi wanita lokal. Meski belum dikonfirmasi secara resmi, rumor tersebut dianggap sebagai angin segar bagi pemuda Aceh yang tertekan tradisi mahar tinggi. Lantas, benarkah negeri Vladimir Putin bisa jadi solusi?

Sejak 1990 - an, Rusia menghadapi krisis populasi. Data Bank Dunia (2023) menunjukkan angka kelahiran di negara itu hanya 1,5 per wanita jauh di bawah level penggantian generasi (2,1). Untuk mengatasi hal ini, pemerintah disebut membuka pintu bagi imigran, termasuk melalui pernikahan lintas negara. Meski tidak ada program resmi "bonus menikah" untuk warga asing, keluarga yang menetap di Rusia bisa mengakses program bantuan sosial seperti "maternal capital" (insentif untuk keluarga dengan dua anak atau lebih).

Di Aceh, mahar pernikahan kerap dihitung dalam mayam emas, dengan rata-rata 10 - 30 mayam (sekitar Rp60 - 180 juta). Sementara di Rusia, tradisi mahar tidak dikenal. Budaya setempat lebih mengutamakan pemberian simbolis seperti bunga atau cokelat. "Di sini, cinta diukur dari komitmen, bukan emas," kata Olga Ivanova, warga Moskow yang menikah dengan pria Indonesia.

Faktor lain yang digadang-gadang adalah ketertarikan sebagian wanita Rusia pada pria religius. Data Pew Research (2021) menyebut 6,5% populasi Rusia adalah Muslim, dan komunitas ini terus tumbuh. "Banyak wanita di sini tertarik pada nilai keluarga yang kuat, yang sering diasosiasikan dengan pria dari budaya Islam," ujar dr. Arif Fazilla., Sp.Rad. tamatan Rusia kepada Dialeksis bercerita. 

Selama ini, merantau ke Malaysia atau Timur Tengah jadi pilihan utama pemuda Aceh. Tapi Rusia menawarkan peluang lain. Sektor TI, konstruksi, dan energi di negara itu terbuka bagi tenaga asing. "Jika bisa bekerja di sini, hidup lebih stabil. Apalagi biaya hidup di luar Moskow masih terjangkau,"jelasnya lagi.

Namun, tentu tidak semudah membalik blini (panekuk Rusia). Adaptasi budaya jadi kunci. Wanita Rusia dikenal mandiri dan egaliter berbeda dengan kultur Aceh yang kental dengan nilai kesukuan. Belum lagi soal bahasa: hanya 5% penduduk Rusia yang fasih berbahasa Inggris, apalagi Indonesia. 

"Butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami cara pikir mereka," akui Arif sapaan akrab namanya.

Iklim ekstrem juga jadi ujian. Suhu di Moskow bisa mencapai -25°C di musim dingin kontras dengan Aceh yang tropis. "Pertama kali ke sini, saya kira akan mati beku," canda Arif Fazilla, pemuda Aceh yang menikah dengan wanita Rusia.

Herman RN Budayawan Aceh sekaligus Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, mengingatkan: "Pernikahan lintas budaya butuh kesiapan mental, bukan sekadar menghindar dari mahar." 

Ia menambahkan, tekanan sosial di Aceh memang tinggi, tetapi memilih pasangan hidup harus didasari komitmen, bukan kalkulasi ekonomi semata.

Herman lanjut mengungkapkan, dalam adat istiadat Aceh, mahar pernikahan (jeulamee) tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Besaran mahar ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti: latar belakang keluarga wanita yang dilamar, keistimewaan budi pekerti dan fisiknya, tingkat pendidikannya. 

Sebenarnya soal mahar menurut Herman dalam tradisi Aceh itu masih bisa dimusyawarahkan. Secara syariat, mahar itu wajib. Namun, bentuk dan jumlahnya adalah adat, bisa dimusyawarahkan. 

“Sayangnya, tidak ada kebijakan dari pemerintah berwenang, misalnya MAA, untuk memperjelas dan mempertegas jumlah mahar. Akhirnya, terjadi persaingan saling adu mahar dan adu mahal,” tegasnya. 

Ia lanjut memberikan pepatah Aceh itu sangat tegas meulangga hukôm raya akibat, meulangga adat maleè bak donya. Artinya, mahar tidak boleh tidak ada, sebab dia adalah hukum (syariat). Namun, bentuk dan jumlah bisa dimusyawarahkan, sebab ia adat.

Pengalamanan terceritakan kepada Dialeksis Fauzi (28), bujangan Aceh asal Bireuen: "Saya Sudah Coba Lamar Tiga Kali, Ditolak karena Emas Kurang".

Ia mengaku sudah tiga kali lamaran kandas karena emasnya tak memenuhi syarat keluarga calon. "Orang tua sang gadis minta 20 mayam. Saya cuma mampu 12. Mungkin memang harus cari jalur lain," ujarnya setengah putus asa.

Ada wacana dari sebagai anggota DPRA untuk mengusulkan ide dalam bentuk aturan terkait batasan mahar dan cara kultur melamar seperti dilakukan di Negara Malaysia. Namun, hingga kini, usulan itu masih sebatas wacana saja. Sementara itu, di grup-grup Facebook pemuda Aceh, tutorial "Cara Menikah di Rusia" mulai ramai dibagikan.

Bagi sebagian orang, merantau ke Rusia mungkin terdengar seperti plot film romantis. Tapi bagi yang nekat, ini bisa jadi petualangan baru: menaklukkan salju, belajar bahasa Cyrillic, dan siapa tahun menemukan cinta tanpa perlu menggadaikan sawah demi emas.

"Kalau di Aceh saya dianggap tak mampu, mungkin di Rusia saya bisa jadi pangeran," canda Fauzi, sambil menyimpan brosur kursus bahasa Rusia daring.

Namun, satu hal pasti: mahar tinggi atau tidak, pernikahan tetaplah tentang dua hati bukan sekadar hitung-hitungan mayam atau rubel.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI