DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Bupati Aceh Barat, Tarmizi, kembali mengingatkan bahaya penggunaan rokok elektrik atau vape. Peringatan itu berangkat dari pengalamannya saat masih menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada 2023 lalu, ketika ia diminta sejumlah dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSZA) Banda Aceh untuk mensosialisasikan dampak buruk vape kepada masyarakat.
“Waktu itu beberapa dokter meminta saya turun ke lapangan untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang bahaya vape. Ada fakta mengejutkan, sejumlah anak muda di Aceh sudah harus menjalani cuci darah akibat zat kimia berbahaya dalam cairan vape,” ungkap Tarmizi.
Menurutnya, kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Vape yang kerap dianggap aman dan menjadi tren di kalangan anak muda justru menyimpan ancaman serius. “Banyak yang tidak sadar, cairan kimia dalam vape bisa merusak organ tubuh, terutama ginjal. Akibatnya, ada anak-anak muda yang masih belasan atau dua puluhan tahun sudah menjalani hemodialisa,” katanya.
Tarmizi juga menyoroti kebijakan di negara tetangga. Pemerintah Singapura, kata dia, sudah lebih dulu mengambil langkah tegas dengan melarang penggunaan dan penjualan vape. “Singapura sudah mengantisipasi lebih awal, karena mereka tidak mau generasi mudanya menjadi korban,” ujarnya.
Ia berharap kebijakan serupa bisa dipertimbangkan di Indonesia, khususnya Aceh, mengingat kasus-kasus kerusakan organ akibat vape sudah mulai bermunculan. “Ini bukan hanya soal tren atau gaya hidup, tetapi menyangkut kesehatan publik jangka panjang. Pemerintah daerah tidak bisa tinggal diam,” kata Tarmizi.
Sebagai bupati, ia kini menekankan pentingnya edukasi menyeluruh kepada generasi muda agar tidak terjebak pada anggapan keliru tentang vape. “Anak-anak muda harus mendapat informasi yang benar. Vape bukan solusi berhenti merokok, justru pintu masuk masalah kesehatan baru,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa investasi terbaik pemerintah daerah adalah menjaga kesehatan masyarakatnya. “Kalau generasi muda sudah sakit di usia dini, bagaimana mereka bisa produktif untuk Aceh ke depan? Itu sebabnya, edukasi dan regulasi menjadi sangat penting,” kata Tarmizi menutup pernyataannya.