kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Bahaya Paksa Calistung ke Anak, Picu Trauma hingga Depresi

Bahaya Paksa Calistung ke Anak, Picu Trauma hingga Depresi

Minggu, 21 November 2021 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

(iStockphoto)


DIALEKSIS.COM | Gayahidup - Tak sedikit orang tua berpikir bahwa kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) sejak dini merupakan prestasi membanggakan dan jadi tolok ukur keberhasilan dalam mendidik anak.

Karena pemikiran tersebut, akhirnya banyak anak di bawah tiga tahun atau batita yang dipaksa orang tua untuk bisa calistung. Padahal, memaksakan kemampuan tersebut justru cukup berbahaya bagi mental anak.

Apa bahaya paksa anak bisa calistung sejak usia di bawah tiga tahun untuk kesehatan mental dan fisik anak?

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan. Kurniawan Satria Denta mengatakan, hal utama yang bisa dirasakan anak di bawah usia tiga tahun saat dipaksa belajar calistung adalah merasa bingung. Belajar memang tidak salah, tapi harus sesuai dengan pencapaian kognitif, keinginan, serta kesiapan diri anak.

"Orang tua seharusnya bisa membuat support system untuk lingkungan belajar," kata Denta dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (17/11).

Memang tidak salah ingin anak belajar atau bisa calistung sejak dini. Namun Denta mengingatkan bahwa sebaiknya tidak ada paksaan dalam proses tersebut.

Berikut beberapa dampak yang bisa dialami anak jika orang tua memaksakan belajar calistung sejak usia dini atau batita.
1. Trauma
Memaksakan anak belajar calistung sejak masa batita bisa membuat anak trauma. Menurut Denta, trauma yang dialami anak ini bisa menjadi benih permasalahan psikologis yang tumbuh seiring berjalannya waktu hingga merusak masa depan anak.
"Ekspektasi tidak apa-apa, tapi kalau nge-push anak nanti bikin trauma," katanya.

2. Depresi
Depresi saat anak beranjak dewasa bisa terjadi karena sejak usia batita sudah dipaksa belajar calistung. Depresi ini tak ada hubungannya dengan kemampuan calistung itu sendiri, melainkan proses belajar yang disertai dengan tekanan dan paksaan.

"Depresinya pas dewasa akibat tekanan, dorongan atau paksaan dari orang tua biar anak selalu mencapai sesuatu. Itu jadi stressor buat anak, terakumulasi sampai dewasa, dewasa jadi minder, jadi insecure, stres, gampang depresi, gampang ke-trigger," papar Denta.

3. Malas belajar
Psikolog anak, Alzena Masykouri menambahkan bahwa anak batita sudah bisa merasa proses belajar yang diterapkan orang tuanya mengerikan dan tidak menyenangkan. Hal ini bisa terjadi karena anak memang belum siap dan belum sanggup, tapi sudah dipaksa melakukannya.

Akibatnya, alih-alih bisa menyerap apa yang diajari, anak justru jadi malas belajar. "Karena pengalaman yang tidak menyenangkan. Dipaksa, jadi keharusan bukan atas kesiapan, kemauan, dan kesanggupan sendiri tentu akan menjadi beban pada manusia, mau berapa pun usianya," kata Alzena. [cnnindonesia.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda