Aceh dan Warisan Senjata Tradisionalnya
Font: Ukuran: - +
![](https://dialeksis.com/images/web/2025/02/6cd4411a-6f4b-416e-a644-c6e0314d6266.jpeg)
DIALEKSIS.COM | Aceh - Provinsi paling ujung pulau Sumatra yakni Aceh dikenal sebagai salah satu provinsi dengan sejarah panjang perjuangan melawan penjajahan. Selain kisah kepahlawanannya, Aceh juga memiliki warisan budaya yang menjadi simbol kebanggaan masyarakat, yaitu senjata tradisional.
Dahulu, senjata-senjata ini digunakan dalam pertempuran, namun kini telah berubah fungsi menjadi simbol nilai-nilai kepahlawanan dan identitas budaya Aceh yang kental.
Dari rencong yang legendaris hingga pedang-pedang penuh simbolisme, setiap senjata menyimpan cerita dan makna penting dalam sejarah panjang provinsi ini.
Ragam Senjata Tradisional Aceh
Berdasarkan berbagai sumber, berikut adalah deretan senjata tradisional Aceh yang telah melegenda hingga saat ini:
1. Rencong
Rencong merupakan senjata tradisional Aceh yang paling terkenal dan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Dahulu, senjata ini digunakan dalam peperangan sehingga memiliki aura keberanian dan ketangguhan yang mendalam. Terdapat empat jenis rencong, yaitu rencong meupucok, rencong meukuree, rencong meucugek, dan rencong pudoi.
Biasanya, rencong dibuat dari bahan kuningan atau besi putih, dengan sarung yang terbuat dari tanduk kerbau. Kini, senjata ini tidak lagi dipergunakan untuk pertempuran, melainkan digunakan dalam upacara adat seperti pernikahan dan pertunjukan Tari Eudati.
2. Peudeung
Peudeung adalah senjata jarak dekat yang dahulu digunakan bersama dengan rencong dalam pertempuran. Para pejuang Aceh memanfaatkan rencong untuk menikam musuh, sementara peudeung berfungsi untuk menebas lawan dari jarak dekat.
3. Siwah
Siwah memiliki kemiripan bentuk dengan rencong, yakni ramping dengan ujung yang tajam. Namun, perbedaan utamanya terletak pada penggunanya di masa lalu; siwah eksklusif dipakai oleh para raja, sedangkan rencong dapat digunakan oleh rakyat biasa. Karena itu, siwah dihiasi dengan ornamen unik yang membuatnya tampak lebih mewah.
4. Meucugek
Juga dikenal dengan nama cugek, meucugek adalah senjata tradisional berukuran kecil dan ramping yang difungsikan untuk melawan musuh dari jarak dekat. Senjata ini terbuat dari besi atau baja, dengan pegangan yang menggunakan material serupa agar dapat digenggam dengan kuat. Desainnya yang minimalis memudahkan pengguna dalam menyerang lawan.
5. Reuduh
Reuduh memiliki bentuk yang mirip dengan golok, dirancang untuk pertempuran jarak dekat. Senjata ini dibuat ramping dan ringan, dengan ciri khas berupa ukiran indah di bagian gagangnya.
6. Rencong Meukuree
Rencong Meukuree mirip dengan rencong pada umumnya, namun memiliki perbedaan mencolok. Senjata ini biasanya dilengkapi dengan hiasan dan ukiran yang indah, berbeda dengan rencong biasa yang tidak memiliki ornamen. Motif hiasan pada Rencong Meukuree mencerminkan kekayaan budaya dan seni warisan Aceh.
7. Peudeung Tumpang Jingki
Peudeung tumpang jingki hadir dalam bentuk gagang pedang yang terbuka dan umumnya digunakan dalam pertempuran jarak dekat. Terbuat dari baja berwarna hitam, senjata ini meskipun terlihat sederhana, memiliki ukuran yang besar dan tebal sehingga memberikan kestabilan bagi penggunanya.
8. Pudoi
Pudoi adalah senjata jarak dekat khas Aceh yang digunakan dalam peperangan. Bentuknya menyerupai rencong, namun memiliki perbedaan pada gagangnya yang lebih kecil dan lurus.
9. Bambu Runcing
Sebelum rencong dikenal luas, bambu runcing merupakan senjata tradisional yang digunakan dalam peperangan, baik dari jarak jauh maupun dekat. Di masa kini, bambu runcing lebih sering dijumpai sebagai bagian dari acara tradisional atau sebagai hiasan.
10. Peudeung Ulee Tapak Guda
Peudeung ulee tapak kuda memiliki bentuk serupa dengan peudeung tumpang jingki, namun dilengkapi dengan tapak kuda dan motif unik pada bagian pegangan. Senjata ini biasanya digunakan untuk pertempuran jarak dekat, seperti menyabet bagian tubuh lawan.
Berita Populer
![lampoon bintaro](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-23-at-09.52.24.jpeg)
![utu](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(16).jpg)
![dispora](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(13).jpg)
![DPKA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(5).jpg)
![DSI](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(2).jpg)
![dinas pangan](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/ULtah-dialeksis.jpg)
![BPMA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(17).jpg)
![Toko Mas Sara](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Biru-Gradasi-Elegan-Ucapan-Selamat-Ulang-Tahun-Kiriman-Instagram-(3).jpg)
![T.heri](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(9).jpg)
![unimal](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(8).jpg)