Tragedi Malang Menambah Daftar Duka Dunia
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
Kerusuhan dalam laga sepakbola Arema vs Persebaya, 1 Oktober 2022. [Foto: Avirista Midaada/newsJateng.id]
DIALEKSIS.COM - Isak tangis dan rintihan kesakitan akibat luka luka menghiasi kota Malang, Jawa Timur. 129 nyawa melayang, 180 lainya dirawat di RSU, belum lagi yang luka ringan memilih merawat sendiri di rumah. Versi Komnas HAM yang meninggal mencapai 153 orang.
Dunia olahraga berduka dan ini paling tragis di dunia, setelah tahun 1964 di Peru. Dimana stadion Estadio Nacional Disaster, Lima, Peru, menjadi sejarah yang menewaskan 328 orang pada 24 Mei 1964.
Kali ini Bumi Pertiwi dikejutkan dengan sejarah kelam sikulit bundar, Stadion Kanjuruhan, Malang, telah melampaui tragedi di Accra Sports Stadion, Accra, Ghana, dimana dalam tragedi di Benua Afrika ini, pada 9 Mei 2001, telah menewaskan 126 orang.
Kini perhatian dunia tertuju ke Indonesia. 129 orang tewas dalam kerusuhan suporter yang pecah seusai pertandingan derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam.
Kerusuhan di lapangan hingga nyawa melayang, seperti penjelasan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam konferensi pers di Malang, Minggu (2/10/2022), telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri.
Namun, kini data terahir Minggu siang, yang meninggal telah mencapai 129. Sementara versi Komnas HAM yang meninggal mencapai 153 orang.
"Saya sebagai salah satu penggila bola ikut berduka atas jatuhnya korban di stadion Kanjuruhan, Malang. Sampai pagi ini informasinya sudah 153 orang yang meninggal dunia," kata Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara dikutip Unews dari Okezone, Minggu (2/10/2022).
sementara itu, keterangan Kapolda Jatim, ada 34 orang yang meninggal dunia di stadion dan yang lainnya meninggal dunia di rumah sakit. 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit.
Dugaan sementara, para korban terinjak-injak supporter lain, terjadi kekerasan, serta sesak nafas akibat semprotan gas air mata jajaran keamanan.
Kericuhan berawal setelah para suporter turun ke lapangan karena tidak terima atas kekalahan tim Singo Edan dalam menjamu Persebaya Surabaya (Bonek) dengan skor 2-3.
Aremania tidak terima kekalahan itu dan merangsek turun ke lapangan, meloncati pagar. Jajaran pengamanan pun terlihat kewalahan menghalau kericuhan tersebut. Puncaknya, memukul mundur para supporter dan menembakkan gas air mata.
Dari berbagai berita dan video yang beredar, terlihat jelas bagaimana kerusahan Sabtu malam Minggu itu. Bagaimana kepulan asap gas air mata yang berada hampir disetiap sisi stadion, bukan hanya di lapangan rumput hijau.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers menyebutkan, selain korban tewas dan luka luka, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 diantaranya merupakan kendaraan Polri.
Gas Air Mata
Soal gas air mata yang jelas dan tegas dilarang FIFA untuk dilepaskan di stadion laga sepakbola, kini menjadi sorotan berbagai pihak. Salah seorang dari politisi Gerindra.
Fadli Zon, politikus Gerindra dalam ciutanya menyampaikan belasungkawa atas tewasnya ratusan orang dalam kerusuhan sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022).
Dia menyebut kejadian ini sebagai tragedi. ”Turut berduka cita sedalam2nya atas tewasnya 127 orang. Ini adalah tragedi sepak bola ini,” cuit Fadli Zon, Minggu (2/10/2022).
Fadli juga mendesak agar peristiwa tersebut diusut tuntas secara serius. Ini penting untuk menemukan pihak yang harus bertanggung jawab.
Terlebih ada penggunaan gas air mata yang dilarang untuk mengatasi kerusuhan supporter sepak bola. ”Harus ada investigasi serius n harus ada yg bertanggung jawab. Termasuk penggunaan gas air mata di dalam stadion,” kata mantan wakil ketua DPR itu.
Gas air mata disebut-sebut sebagai alasan utama banyaknya korban berjatuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, dalam laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. FIFA dengan tegas telah “mengharamkan” pengunan gas air mata.
Senjata api atau gas pengendali massa (gas air mata) tidak diboleh dibawa atau digunakan, demikian bunyi pasal 19 b di aturan FIFA soal pengamanan dan keamanan stadion.
Namun duka sepakbola kali ini tidak terlepas dari semburan gas air mata. Gas air mata di arena pertandingan ini telah membuat penonton panik dan berusaha berebut untuk keluar dari stadion. Berdesak-desakan untuk mencari jalan keluar.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers mengakui petugas keamanan yang berusaha menghalau para supporter, namun tak digubris. Situasi kacau tak terkendali, bahkan ada beberapa petugas yang mendapat pukulan dari suporter.
Karena itulah petugas kepolisian kemudian melepaskan tembakan gas air mata. Mereka pergi ke satu titik di pintu 12 kemudian ada penumpukan dan di sana (menyebabkan) kekurangan oksigen, sesak napas. Tim medis di dalam stadion berupaya menolong,” ujar Nico.
Apakah melepaskan gas air mata di stadion dibenarkan? Bagaimana dengan aturan FIFA, bagaimana dengan mereka yang menaruh simpati dan perhatian dalam olahraga ini soal gas air mata yang diduga sebagai pemicu sesak nafas dan kemudian hilangnya nyawa?
Tragedi Dunia Sepakbola
Sejarah kelam dalam sepakbola terus bertambah. Kali ini lahir dari Bumi malang, menambah daftar pilu hilangnya nyawa manusia dari lapangan rumput hijau.
Stadion Kanjuruhan Malang sudah melewati tragedi Hillsborough yang terjadi pada 15 April 1989. Kanjuruhan menempati posisi kedua di dunia akibat kerusahan sepakbola yang dibelahan bumi ini.
Inilah daftar 10 besar kerusahan sepakbola dunia. Pertama terjadi pada 24 Mei 1964, Estadio Nacional Disaster, Lima, Peru, 328 orang tewas. Kedua pada 1 Oktober 2022, Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia, 129 orang tewas. Versi Komnas HAM 153 yang meninggal.
Ketiga, 9 Mei 2001, Accra Sports Stadium Disaster, Accra, Ghana, 126 orang tewas. Ke-4 pada 15 April 1989, Hillsborough Disaster, Sheffield, Inggris, yang menewaskan 96 orang. Peringkat kelima terjadi pada 12 Maret 1988, Kathmandu Hailstorm Disaster, Kathmandu, Nepal, 93 orang tewas.
Peringkat keenam, pada 16 Oktober 1996, Mateo Flores National Disaster, Guatemala City, Guatemala, yang menewaskan 80 orang. Ke-7 pada 1 Februari 2012, Port Said Staduim Riot, Port Said, Mesir, 70 orang tewas.
Posisi ke delapan, pada 23 Juni 1968, Puerta 12, Estadion Monumental, Buenos Aires, Argentina, 71 orang tewas. Peringkat ke 9, pada 2 Januari 1971, Second Ibrox Stadium DIsasterm Glasgow, Skotlandia, 66 orang tewas.
Peringkat ke 10 tragedi pada 20 Oktober 1982, Luzhniki DIsaster, Leni Stadium, Moskow, Uni Soviet, 66 meninggalkan alam pana ini.
Daftar duka dan luka sepakbola terus diukir dunia, kali ini kejutan terlahir dari bumi pertiwi, dari negeri penghasil apel. 129 nyawa kembali keharibaanya (versi Komnas HAM hingga Minggu siang, 153 yang meninggal, 180 dirawat di RSU (itu jumlah yang tercatat), belum lagi luka luka ringan yang lebih memilih untuk merawat sendiri.
Duka Malang merupakan luka kita semuanya sebagai anak bangsa. Prahara yang mengharuskan kita membuka mata dan hati dalam membenahi negeri. Sadar dan mau mengikuti aturan sehingga tidak menambah gelombang badai dalam dunia olahraga. Apa kita mau memperbaikinya *** Bahtiar Gayo