Beranda / Feature / PLTD Apung: Dari Simbol Bencana Menjadi Ikon Wisata Edukasi

PLTD Apung: Dari Simbol Bencana Menjadi Ikon Wisata Edukasi

Minggu, 15 September 2024 09:45 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nasrul/Ratnalia
Wisata edukasi PLTD Apung di Gampong Punge Cut, Banda Aceh. [Foto: djkn kemenkeu]

DIALEKSIS.COM | Feature - Di sebuah sudut Banda Aceh yang pernah dihantam gelombang maut, berdirilah PLTD Apung, sebuah saksi bisu yang melintasi dua zaman. Dulu, ia adalah sebuah kapal generator besar, bertugas menyediakan tenaga listrik untuk kebutuhan penduduk. Namun, takdir membawa kapal itu terdampar jauh dari perairan, di tengah pemukiman yang porak-poranda. Kini, ia adalah monumen; bukan hanya untuk mengenang tragedi, tetapi juga untuk menyalakan cahaya edukasi di hati para pengunjung.

Hari itu, 26 Desember 2004, laut mengamuk. Sebuah gempa berkekuatan 9,1 skala Richter mengguncang dasar Samudra Hindia. Tak lama kemudian, gelombang raksasa menyapu daratan, membawa kehancuran sekaligus kisah-kisah heroik dan tragis. Di antara reruntuhan dan tangis kehilangan, PLTD Apung terhenti di tempat yang tak pernah ia duga, terdampar di tengah pemukiman Desa Punge Blang Cut.

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung merupakan saksi bisu akan tsunami dahsyat yang telah menerjang Aceh. Sebuah kapal dengan panjang 63 meter dan berat 2.600 ton ini memiliki mesin pembangkit listrik yang kekuatan dayanya mencapai 10,5 megawatt. Bagai menggunakan sihir, gelombang tsunami yang maha dasyat mampu menyeret kapal PLTD Apung terseret hingga 5 kilometer ke pusat kota Banda Aceh yang sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Hingga saat ini kapal berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh.

PLTD Apung bukan hanya bukti kedahsyatan tsunami Aceh, tetapi juga pengingat akan kekuatan alam yang tak terkira. Ia menjadi simbol ketakberdayaan manusia sekaligus cermin ketangguhan mereka untuk bangkit.

Pesona Wisata Edukasi di PLTD Apung

Lama setelah debu bencana mereda, masyarakat Aceh berdiri kembali dengan semangat baru. PLTD Apung, yang semula dilihat sebagai saksi bencana, mulai dipahami sebagai aset sejarah. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama merancang tempat ini menjadi sebuah destinasi wisata edukasi.

Kini, PLTD Apung adalah taman sejarah yang memadukan kesedihan dan harapan. Di sekitar kapal, dibangun jalan setapak dan fasilitas edukatif yang memperkenalkan pengunjung pada cerita tsunami Aceh. Foto-foto dokumentasi, replika, dan diorama bencana menjadi bagian dari narasi yang ditawarkan. Setiap sudut tempat ini mengingatkan kita pada nilai-nilai kebersamaan, kepedulian, dan pentingnya menjaga harmoni dengan alam.

Ketika memasuki kawasan PLTD Apung, Anda akan disambut oleh suasana yang tenang, meskipun menyimpan banyak kenangan pilu. Tangga besi yang kokoh membawa pengunjung naik ke dek utama kapal. Di sini, Anda bisa melihat berbagai peralatan asli yang masih tersimpan utuh. Mesin-mesin besar yang pernah menjadi sumber listrik, kini menjadi artefak sejarah yang memukau.

Dari dek ini pula, pemandangan kota Banda Aceh terhampar luas. Semilir angin membawa aroma khas laut, meski pantai tak lagi terlihat. Para pemandu wisata dengan ramah menceritakan setiap detail peristiwa, membimbing imajinasi Anda kembali ke hari itu, ke detik-detik gelombang raksasa melanda.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi Kapal PLTD Apung pada tahun 2021. [Foto: dok. Kemenparekraf]

Selain itu, ada juga pusat informasi yang dilengkapi dengan teknologi interaktif. Anda dapat menyaksikan simulasi tsunami dan mendalami proses ilmiah di balik bencana tersebut. Anak-anak maupun dewasa sama-sama dapat belajar, bukan hanya tentang tsunami, tetapi juga tentang mitigasi bencana dan pentingnya perlindungan lingkungan.

PLTD Apung dapat dikunjungi Pukul 09.00 - 18.00 WIB, tapi uniknya lokasi wisata ini ditutup setiap pelaksanaan ibadah shalat zuhur dan ashar agar pengunjung melaksanakan ibadahnya terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan wisatanya.Namun, Waktu kunjungan terbaik saat pagi hari, ketika udara masih segar, atau sore menjelang senja, saat matahari mulai tenggelam dan suasana di sekitar monumen menjadi semakin menenangkan.

Adapun biaya masuk ke lokasi wisata ini cukup terjangkau, dengan hanya mengeluarkan Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp5 ribu anak-anak, Anda dapat mengakses kekayaan sejarah dan edukasi yang ditawarkan tempat ini. Biaya masuk ini digunakan untuk pemeliharaan situs dan pengembangan fasilitas wisata agar semakin nyaman bagi pengunjung. 

Akses ke PLTD Apung mudah dijangkau. Hanya sekitar 10 menit dari pusat Kota Banda Aceh, Anda bisa menuju PLTD Apung menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Area parkir yang luas serta suasana yang nyaman menjadikan perjalanan semakin menyenangkan.

Area museum di PLTD Apung. [Foto: djkn kemenkeu]

Pelajaran dari PLTD Apung

PLTD Apung mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat bencana sebagai akhir dari segalanya. Ia adalah simbol bagaimana manusia dapat bangkit, merefleksikan masa lalu, dan menjadikannya kekuatan untuk masa depan. Melalui setiap kisah yang terukir di dinding kapal, setiap jejak yang tertinggal di tanah, dan setiap harapan yang terpancar dari senyum anak-anak yang bermain di sekitarnya, PLTD Apung mengingatkan kita bahwa kehidupan selalu memiliki cara untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika Anda mengunjungi PLTD Apung, Anda bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga pembawa harapan. Anda ikut merayakan kemampuan manusia untuk bangkit dari keterpurukan, merajut kembali harapan, dan menjadikan masa lalu sebagai guru terbaik untuk masa depan.

Di antara deru mesin dan gemuruh ombak yang membisu dalam ingatan, PLTD Apung berdiri megah, bukan hanya sebagai simbol bencana, tetapi sebagai pengingat bahwa kita mampu bertahan, belajar, dan terus melangkah maju.[adv]


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI