Mutiara Rasa dari Tanah Rencong: Kuah Pliek U dan Sie Reuboh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nasrul Rizal
Kuah Pliek U, dalam tampilan sederhananya, adalah suguhan berwarna kuning kehijauan yang memancarkan aroma rempah dan kehangatan kelapa tua yang telah difermentasi. [Foto: baranewsaceh.co]
DIALEKSIS.COM | Feature - Di ujung barat Nusantara, di tanah yang dikenal dengan kekayaan tradisi dan budaya, dua kuliner asli Aceh berbicara dalam bahasa rasa yang unik, menembus zaman dan membawa pesan dari masa lampau. Kuah Pliek U dan Sie Reuboh bukan sekadar masakan; keduanya adalah lukisan sejarah, kebijaksanaan alam, dan cinta kepada akar budaya yang telah melahirkan mereka.
Kuah Pliek U: Jejak Subur dari Alam
Kuah Pliek U, dalam tampilan sederhananya, adalah suguhan berwarna kuning kehijauan yang memancarkan aroma rempah dan kehangatan kelapa tua yang telah difermentasi. Nama “pliek u” sendiri merujuk pada inti sari kelapa yang terfermentasi, bahan utama dalam masakan ini. Kuah ini lebih dari sekadar makanan; ia adalah pesan tentang keberanian dalam menghadapi kelimpahan dan kekurangan.
Dari segi sejarah, Kuah Pliek U muncul sebagai jawaban masyarakat Aceh terhadap tantangan alam. Ketika musim panen kelapa melimpah, masyarakat menemukan cara bijak untuk menyimpan hasil bumi mereka dengan membuat pliek u, yang mampu bertahan lama dan menjadi sumber rasa unik. Proses fermentasi ini memberikan kedalaman rasa yang luar biasa, menjadi dasar dari sup kental yang dilengkapi dengan aneka sayuran seperti daun melinjo, kacang panjang, dan nangka muda.
Selain menghangatkan jiwa, Kuah Pliek U juga kaya manfaat. Kandungan serat dari aneka sayuran menjadikan hidangan ini sehat untuk pencernaan, sementara probiotik alami dari fermentasi kelapa mendukung kesehatan usus. Dengan paduan rempah yang kaya, Kuah Pliek U juga dikenal membantu menjaga daya tahan tubuh, terutama di cuaca yang kurang bersahabat.
Hidangan ini biasanya disajikan dalam suasana berkumpul. Pada acara kenduri, hari raya, atau sekadar pertemuan keluarga, Kuah Pliek U mengisi meja makan, menciptakan kehangatan yang menyatukan. Kuah ini, meski berasal dari wilayah Aceh Besar, kini telah menjadi simbol keanekaragaman kuliner Aceh secara keseluruhan.
Sie Reuboh: Warisan Ketahanan dan Kekayaan Rasa
Sementara Kuah Pliek U menggambarkan keintiman dengan alam, Sie Reuboh menceritakan kekuatan dan ketahanan masyarakat Aceh melalui zaman. Nama “sie reuboh” berarti “daging yang direbus”, tetapi kesederhanaan namanya menyembunyikan kompleksitas rasa yang dihadirkannya.
Sie Reuboh adalah perpaduan potongan daging sapi atau kerbau yang direbus dengan rempah-rempah dan cuka tuak asli. Proses masaknya panjang, menggambarkan kesabaran dan kecermatan masyarakat Aceh. Asam dari cuka tuak bertindak sebagai pengawet alami, memungkinkan Sie Reuboh bertahan lama bahkan tanpa bantuan pendingin.
Hidangan ini berasal dari Pidie, namun kecintaannya telah menyebar ke berbagai penjuru Aceh. Di masa lalu, Sie Reuboh sering kali menjadi bekal para petani dan nelayan yang bekerja jauh dari rumah, atau makanan cadangan ketika persediaan sedang menipis. Bahkan dalam masa perang, Sie Reuboh tetap hadir, menjadi simbol ketahanan hidup.
Tidak hanya melawan waktu, Sie Reuboh juga kaya manfaat. Rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan bawang putih yang digunakan dalam masakan ini memiliki sifat anti-inflamasi dan antiseptik, memperkuat tubuh melawan penyakit. Asam cuka pun membantu proses pencernaan.
Di masa modern, Sie Reuboh sering kali disajikan di acara adat, arisan keluarga, atau hanya sebagai pengingat tentang hubungan yang tak tergantikan antara makanan, sejarah, dan manusia.
Sie reuboh khas Aceh yang pedas dan nikmat. [Foto: YouTube Ceceromed Kitchen]Kuliner yang Menghidupkan Cerita
Kuah Pliek U dan Sie Reuboh bukan hanya tentang rasa, tetapi juga cerita yang mengakar pada filosofi dan kearifan lokal Aceh. Keduanya adalah contoh bagaimana manusia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menciptakan sesuatu yang abadi dari bahan-bahan sederhana.
Di Aceh, makanan adalah identitas. Setiap suapan Kuah Pliek U atau Sie Reuboh adalah zikir terhadap alam, pujian atas keindahan yang mengelilingi, dan pengingat tentang pentingnya kebersamaan. Kuliner ini lebih dari sekadar apa yang tersaji di piring; mereka adalah lambang bagaimana tradisi kuliner dapat menjadi cermin dari keindahan budaya.
Saat senja turun di tanah Aceh, meja-meja di rumah-rumah menjadi tempat berkumpulnya keluarga dan tetangga. Kuah Pliek U disendok ke mangkuk, dan aroma Sie Reuboh membumbung dari dapur. Waktu seakan berhenti, dan di tengah percakapan, tawa, serta do’a, kedua hidangan ini melengkapi suasana yang damai dan penuh cinta.
Tidak ada waktu yang salah untuk menikmati Kuah Pliek U dan Sie Reuboh. Mereka mengisi celah antara hari-hari kerja yang melelahkan, menyempurnakan perayaan kebahagiaan, dan menenangkan hati dalam suasana duka. Kuliner ini hadir, dengan rendah hati dan kehangatan yang abadi.
Maka, ketika Anda menjumpai Kuah Pliek U dan Sie Reuboh, ketahuilah bahwa Anda tidak hanya mencicipi makanan. Anda sedang menyentuh warisan yang telah berjalan bersama sejarah, menyambut kearifan lokal Aceh yang menembus batas ruang dan waktu, dan merasakan cinta dari mereka yang telah menyiapkannya sejak berabad-abad lamanya. Di atas meja, dalam mangkuk, cerita itu hidup, dan Anda kini menjadi bagiannya.[adv]