Merayakan Harmoni Budaya Aceh Tengah di Serinen Art and Culture Festival
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Tari Guel meriahkan pembukaan Serinen Art and Cultural Festival. [Foto: tangkapan layar Youtube Pemkab Aceh Tengah]
DIALEKSIS.COM | Feature - Riuhnya ajang olahraga yang nasional yang digelar di Aceh dan Sumatera Utara (sumut), ada sebuah kisah lain yang tak kalah menarik, yang akan memukau dan menyentuh hati siapa saja yang berkesempatan menyaksikannya.
Sebuah perayaan seni dan budaya yang sarat makna, lahir dari jiwa masyarakat Aceh Tengah yang penuh dengan sejarah dan tradisi. Inilah Serinen Art and Culture Festival, sebuah pesta budaya yang menggema di dataran Tanoh Gayo pada pertengahan September 2024, seraya menambah warna dalam semarak Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.
Pekan olahraga terbesar di Indonesia bukan sekadar tentang kompetisi fisik, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkenalkan keindahan dan kekayaan budaya daerah yang menjadi tuan rumah. Aceh Tengah, dengan segala pesona alamnya, tidak hanya ingin dikenal karena keindahan alamnya yang memukau, tapi juga sebagai penjaga warisan budaya yang terjalin erat dengan kehidupan masyarakatnya.
Dalam Serinen Art and Culture Festival, semua itu akan diperlihatkan dengan penuh kemegahan. Festival yang pertama kali digelar ini mengusung tema kolaborasi budaya, sebuah ide yang muncul untuk menyatukan berbagai suku dan kebudayaan yang ada di Aceh Tengah dalam satu bingkai seni yang indah.
Lapangan H. Nasaruddin, di Desa Blang Gele, Kecamatan Bebesen, menjadi saksi bisu dari alunan musik tradisional, gerak tari yang menggetarkan jiwa, serta kerajinan tangan yang mengandung makna mendalam. Bukan sekadar pertunjukan, tetapi sebuah penghargaan terhadap setiap karya seni yang mengandung nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun.
Aceh Tengah dengan segala keberagaman etnis dan budaya, menyajikan keindahan yang tidak hanya bersifat estetika, tetapi juga sarat dengan filosofi hidup yang begitu mendalam.
Festival ini bukan hanya tentang hiburan semata. Lebih dari itu, festival ini menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, membangun pemahaman, dan mempererat hubungan antar suku di Aceh Tengah. Dengan melibatkan berbagai kelompok etnis yang ada di wilayah ini, acara ini memberi ruang bagi mereka untuk berbagi cerita, mengungkapkan perasaan, dan merayakan warisan budaya mereka dalam bentuk yang paling murni.
Dalam sebuah pidato yang penuh semangat, Staf Ahli Bupati Aceh Tengah, Thamrin Elashri, mengungkapkan bahwa festival ini bukan hanya sebagai ajang hiburan, tetapi juga sebagai bentuk kebanggaan terhadap kekayaan budaya lokal yang harus terus dilestarikan.
“Melalui festival ini, kita tidak hanya mengenalkan keindahan budaya lokal, tetapi juga memperkuat persatuan kita sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman,” ucapnya bangga.
Semarak PON XXI dalam balutan rangkaian kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah. [Foto: dok. Disbudpar Aceh]Senyum bangga terlihat di wajah-wajah masyarakat Gayo yang turut berpartisipasi dalam festival ini. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan langka untuk memperkenalkan kekayaan budaya mereka kepada dunia luar. Di tengah gemerlapnya PON XXI, festival ini menjadi momen bagi Aceh Tengah untuk menunjukkan bahwa mereka bukan hanya dikenal karena kekayaan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya yang dimiliki.
Salah satu daya tarik utama dari festival ini adalah Kopi Gayo Blang Gele, minuman khas lokal yang memanjakan lidah pencinta kopi. Setiap tegukan kopi Gayo membawa kita pada kenangan tentang tanah subur yang melahirkan biji kopi terbaik di dunia, serta cerita para petani yang gigih menjaga kelestarian alam. Kopi ini bukan sekadar minuman, tetapi simbol dari keberanian dan ketekunan masyarakat Gayo yang telah lama hidup berdampingan dengan alam.
Serinen dalam Bahasa Gayo yang artinya “saudara”, sungguh mengajak para pengunjung dan seluruh peserta PON XXI yang datang dari berbagai penjuru Indonesia untuk bergembira bersama dalam satu balutan indah persaudaraan di perhelatan olahraga dan budaya.
Festival seni yang digelar di Aceh Tengah, seperti Serinen Art and Culture Festival, adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi budaya dapat mempererat persatuan bangsa. Dalam festival ini, setiap tarian, musik, dan karya seni yang ditampilkan adalah manifestasi dari semangat persatuan yang mendalam. Semua ini mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan seni adalah bahasa universal yang dapat menyatukan kita semua.
Ketika malam tiba, dan lampu-lampu festival mulai menyala, kita akan merasakan bagaimana setiap langkah tarian, alunan musik, dan aroma kopi menyatu dalam harmoni yang sempurna. Di sinilah, di tengah tanah Gayo yang subur, kita menemukan keindahan budaya yang tak ternilai harganya. Aceh Tengah, dengan segala kekayaan budaya dan tradisinya, mengundang kita untuk merayakan keindahan bersama, dalam semangat kolaborasi dan persatuan yang tiada akhir. [red]