Beranda / Feature / Merajut Bahagia dengan Landasan Cinta

Merajut Bahagia dengan Landasan Cinta

Minggu, 04 Agustus 2024 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Saat Ngopi bersama di salah satu warkop di Banda Aceh. Foto: Dialeksis.com

DIALEKSIS.COM | Feature - Merekatkan dua tubuh dalam satu jiwa, tidak semua manusia bisa melakukanya. Namun berbahagialah Anda bila Anda mampu merekatkan dua tubuh dalam kekuatan sebuah jiwa.

Walau pada hakikatnya semua manusia ingin menghiasi perjalanan hidupnya dengan bahagia. Bisa berbagi dengan orang lain, saling memberi dan mengisi, namun tidak semua manusia bisa melakukanya.

Bagi saya, bahagia itu ternyata sederhana sekali, misalnya ketika hampir setiap pagi dapat berolahraga jalan kaki berdua bersama pujaan hati. 

Kali ini untuk kesekian kalinya, di hari Minggu saya ditemani sang belahan jiwa dengan semangat 45 "istilah perjuangan dahulu", kami berolahraga dengan jalan kaki. 

"Ayok beibs udah siap nih, ko belum ganti custom sih," ujar istriku Ratnalia, walau dia menyindir karena daku belum siap, namun dia tetap melemparkan senyum.

Semalam padahal kami tidur di kantor, kami berdua harus mengerjakan pekerjaan klien. Lelah memang, Namun walau agak malas, menjaga kesehatan itu penting, apalagi bagi Indri, panggilannya akrab teman hidup saya, dia menjaganya dengan baik.

Selepas subuh kami bergerak dari kantor di Lamdingin menuju ke Solong Premium Beurawe. Dimulailah pengurasan energy, sambil menghirup udara pagi diselingi cerita canda dan tawa selama diperjalanan, ahirnya tak terasa sampai juga ke tujuan.

Setibanyadi warung yang senantiasa ramai ini, saya bersama istri langsung memesan kopi andalan yakni arabika, tentunya tidak luput penganan sebagai teman sejati kopi.

Walau hal-hal kecil yang kami bincangkan mulai dalam perjalanan hingga ngopi bersama, satu kesimpulan kecil saya, komunikasi itu kunci membuat keharmonisan pasangan. 

Tak heran banyak yang gagal jika komunikasi terhambat, tersumbat, dan putus. Disinilah hakikat hidup harus mampu meluangkan waktu bersama pasangan. Mampu membangun kebersamaan, walau ada perbedaan.

Ada sebuah nuansa yang berkesan, ketika istriku mengatakan sesuatu yang membuat berdesir dada ini.

"Terima kasih ya beibs untuk segala pengorbanan hingga membuat bahagia dan terpenuhi kebutuhan anak dan bunda," ungkapnya sambil melihat sorot mata ku yang tajam ini.

Bukan hanya sampai disitu, ia melanjutkan dengan membahas ide pengembangan bisnis kami, disinilah saya semakin yakin, hebatnya suami ada istri yang mendukung dan berkorban bersama suami. 

Artinya esensi kebersamaan, saya yakini komunikasi, perhatian, saling pengertian, dan mau membantu pekerjaan istri. 

Tak terasa kopi sudah melewati tenggorokan, sambil menikmati tawa canda sang bidadari hati. Dari tawa itu memori masa lalu bangkit, kami memulai dari titik nol hingga saat ini semua dilalui dengan kekuatan cinta. 

Karena cintalah lah mengajari kami bagaimana bersama saling mengisi dan menghormati kelebihan dan kekurangan itu sendiri.

Bila saling mengerti, mengisi dan memberi, sesukar apapun itu pekerjaan, seberat apapun itu tantangan akan mampu dilalui. Kekuatan hati akan membangkitkan kekuatan fisik, kekuatan itu bila dibalut dengan cinta, akan merekatkan dua tubuh dalam satu jiwa.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    kip
    riset-JSI
    Komentar Anda