Ketika Atlet Catur Aceh Dimanjakan dengan Turnamen
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
DIALEKSIS.COM | Feature - Atlet catur di provinsi lain mungkin “iri” dengan perlakuan pengurus Olahraga catur Aceh terhadap atletnya. Ada sejarah baru dalam olahraga asah otak di ujung barat pulau Suwarnadwipa ini.
Atlet catur di Serambi Mekkah “dimanja” oleh pengurus Pengprov Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Aceh ketika dilangsungkan turnamen. Hadiahnya lumanyan besar, sejumlah fasilitas diperoleh atlet, pesertanya juga harus orang lokal, ditandai dengan surat mandat untuk ikut bertanding.
Cacatan penulis, selama ini dalam setiap event catur Aceh, para atlet harus mengandalkan kekuatan Pengkab Percasi dalam membiayai kegiatan selama sepekan turnamen. Mulai dari penginapan, makan atlet dan biaya transportasi.
Dampaknya atlet dari kabupaten kota harus mencari penginapan yang nyaman dan murah. Apalagi bila satu kabupaten kota mengirimkan atletnya lebih dari satu orang, otomatis untuk biaya bertanding selama sepekan “merobek” saku para Percasi Pengkab/ Kota.
Bila panitia memberikan kuota untuk satu kabupaten/kota, misalnya lima peserta, sangat jarang kabupaten /kota memenuhi undangan panitia. Para Pengkab Percasi hanya mengirim atlet untuk bertanding di event tersebut sebatas kemampuan.
Namun, kali ini para atlet catur yang ingin ikut turnamen yang digelar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Provinsi Aceh, mendapatkan nuansa dan sejarah baru. Para atlet dari kabupaten/kota “berebut” untuk ikut, bahkan ada yang tidak kebagian ketika kouta sudah terpenuhi.
Para atlet dalam tiga event yang sudah dilangsungkan Percasi Aceh mendapat “belaian manja”. Mereka bukan hanya bermain di ruangan yang ber AC yang nyaman, namun bergengsi karena pertandinganya di hotel.
Total hadiah yang diperebutkan juga lumanyan besar. Istimewa dan dimanja, kali ini para atlet utusan kabupaten/kota juga disiapkan kamar hotel oleh panitia plus makan selama bertanding. Sebuah sejarah yang belum pernah dirasakan atlet Aceh selama ini.
Hadiah besar, bermain di hotel dan disiapkan penginapan serta makan buat atlet, sebuah penghargaan yang sangat istimewa bagi atlet catur di Aceh. Sebuah penghargaan yang belum pernah mereka rasakan selama ini.
“Inilah kelebihanya bila ketua Percasi Aceh punya kekuatan mengalokasikan anggaran, sehingga event seperti ini bisa terlaksana,” sebut Aldin NL, mantan ketua Percasi Pengprov Aceh, ketika berbincang-bincang dengan Dialeksis.com, di Hotel Grand Aceh, tempat berlangsungnya event catur open Aceh ini.
Mendapat pernyataan Aldin NL, giliran Qamaruzzaman Hagny, ketua harian Percasi Aceh memberikan penjelasan. Kegiatan turnamen dengan memberikan fasilitas kepada atlet, menyiapkan hotel, serta makan atlet selama bertanding juga merupakan saran dari Aldin sebagai penasehat, serta hasil musyawarah Percasi.
“Kita menyiapkan hotel dan makan atltet, sementara transportasinya ditanggung masing-masing daerah. Seperti dari Gayo misalnya, mungkin pengurusnya lagi panen kopi, ya dapat uang dari kopi untuk transpor atlet,” sebut Qamaruzzaman Hagny sambil berkelakar.
Gagasan Percasi Aceh ini disambut baik oleh pihak Dispora Aceh yang menyelenggarakan turnamen. Ketika dilangsungkan turnamen, pihak Percasi Aceh hanya diminta tenaga tehnisnya berupa wasit dalam menyukseskan turnamen.
“Alhamdulilah kita sudah tiga kali melaksanakan event turnamen catur seperti ini dan sukses mendapat dukungan semua pihak,” sebut Ihsannuddin MZ, ketua Percasi Aceh, menjawab Dialeksis.com, di sela-sela pembukaan turnamen catur se Aceh ini.
Ihsanuddin MZ merupakan tokoh politik dari PPP yang kini menjabat sebagai ketua Fraksi PPP di DPRA, dipercayakan oleh pengurus catur Aceh untuk mengayuh bahtera olahraga mengasah otak ini.
Menurut Ihsanuddin, setelah usai turnamen pada awal Juni 2022 di Hotel Grand Aceh, Lamdom, Banda Aceh, berkemungkinan event yang sama juga akan dilaksanakan kembali usai lebaran Idul Adha. Dimana para atlet dari kabupaten kota juga akan diberikan fasilitas seperti yang sudah dilakukan dalam tiga even catur Aceh ini.
Ihsanuddin mengakui olahraga mengasah otak ini berat. Olahraga berpikir yang tidak semua orang Aceh mau dan mampu melakukanya. Bukan olahraga yang mengandalkan otot, namun walau olahraga catur mengandalkan otak, akan tetapi membutuhkan stamina. Fisik dan fisikis atlet sangat menentukan.
“Kejelian berpikir dan stamina sangat dibutuhkan. Dalam satu babak pertandingan membutuhkan waktu 3 jam, sementara dalam sebuah event dilangsungkan 9 babak. Otomatis membutuhkan waktu hampir 5 hari untuk bertanding,” sebut Ihsanuddin.
Ketua Percasi Aceh ini mengatakan, turnamen catur yang digelar merupakan ajang pembinaan sekaligus uji coba bagi atlet catur Aceh.
“Kejuaraan ini juga program Pengurus Provinsi Percasi Aceh menggalakkan dam memajukan olahraga catur. Kejuaraan ini diharapkan menjadi ajang uji coba bagi atlet catur Aceh meningkatkan kemampuannya," ujarnya.
Event ini juga pemanasan bagi atlet Aceh yang mengikuti pemusatan latihan daerah atau pelatda Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024, di mana Aceh dan Sumatera Utara menjadi tuan rumah PON.
Selain itu, Kejuaraan Catur Aceh 2022 juga ajang pemanasan bagi atlet yang lolos Pekan Olahraga Aceh (PORA) di Kabupaten Pidie pada tahun ini.
Istimewa
Kesan istimewa bagi atlet catur Aceh sudah dirasakan ketika dilangsungkan open turnamen 2021, ahir November 2021 di Hotel Madinatul Zahra Banda Aceh. Total hadiah yang diperebutkan mencapai Rp 80 juta.
Nilai hadiah yang luar biasa. Bukan hanya itu, setiap daerah bisa mengirimkan 5 atletnya. Dari lima atlet itu tiga ditanggung hotel dan makanya selama bertanding oleh pihak panitia, sebuah sejarah yang belum pernah terjadi di Aceh.
Sejarah itu kembali diukir, pada tahun 2022 open turnamen catur Aceh kembali digelar. Pidie sebagai tuan rumah, total hadiah yang diperbutkan Rp 60 Juta. Fasilitas yang didapat atlet juga sama, adanya penginapan hotel dan makan selama bertanding.
Usai di Sigli, kembali event yang sama dilangsungkan di Banda Aceh, awal Juni 2022. Kembali atlet Aceh diistimewakan,diperhatikan. Mereka tidak lagi sibuk memikirkan penginapan dan biaya makan selama bertanding.
Direncanakan usai lebaran idul Adha nanti juga akan dilangsungkan event yang sama, uji kemampuan mengasah otak dalam “pertarungan” di atas meja, memperebutkan mahkota raja. Aceh sudah mengukir sejarah baru bagi atlet, dalam dunia strategi peperangan di petak hitam putih antara kuda dan gajah.
Semboyan catur mampu diaplikasikan pengurus. Gens Una Sumus (Kita bersaudara). Sesekali tidak ada salahnya atlet mendapatkan fasiltas istimewa dan hadiah yang mengiurkan. Percasi di provinsi ujung barat pulau Andalas ini sudah melakukanya. **** Bahtiar Gayo