HAMAS Tugas Berat Ada di Pundakmu!
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
DIALEKSIS.COM| Feature- Nakhoda yang baik harus mampu membaca tanda alam. Pandai memanfaatkan kekuatan untuk menggapai pulau harapan. Apakah HAMAS akan menjadi nakhoda piawai dalam menyelamatkan Aceh Tengah yang lagi sakit?
Pilkada Aceh Tengah, Rabu (17/11/2024) sudah usai. Pasangan Haili Yoga- Muchsin Hasan (HAMAS) unggul telak. Pasangan ini akan membawa biduk haluan untuk lima tahun ke depan, menyelamatkan dan memoles negeri dalam hembusan aroma kopi.
Hasil cuick count, pasangan ini meraup 44,03% unggul di 13 kecamatan dari 14 kecematan yang ada di sana. Sementara pasangan BERIMAN (Bardan Sahidi- Karimansyah) mengantongi 33,19%. Pasangan HAMAS akan dilantik untuk mendapatkan lencana di dada, hanya menunggu proses waktu.
Apakah HAMAS mampu menyelamatkan Aceh Tengah yang lagi sakit? Saat ini, negeri dalam pelukan gunung dengan Danau Lut Tawarnya sedang mati suri. Banyak persoalan yang bermunculan, membutuhkan “nakhoda” yang memiliki kemampuan dan keseriusan dalam menyelesaikanya.
Catatan penulis, ada sejumlah persoalan yang krusial, butuh penangangan serius. Misalnya soal defisit daerah, bagaimana perkembangan? Sampai kini pihak eksekutif belum memberikan penjelasan ke publik.
Awal mulanya daerah ini mengalami defisit mencapai Rp 119 miliar, karena lemahnya Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dibawah kendali Sekda yang kini menjadi Pj Bupati Aceh Tengah.
Sudah dua tahun berjalan, publik tidak diberikan penjelasan detail tentang kondisi daerah yang lagi sakit. Eksekutif menutup diri. Dampak dari defisit ini rakyat merasakanya. Demikian dengan kinerja ASN, mereka lesu darah.
Amatan penulis, dinas-dinas tidak bergerak, para kepala Dinas “ikat pinggang”. Para ASN bagaikan ayam kehilangan induk, untuk tunjangan kinerja mereka sudah 11 bulan di tahun 2024 ini belum ada kejelasan. Sebelumnya Pj Bupati Aceh Tengah, Subandy menjanjikan akan mencairkanya, namun kapan?
Persoalan lainya rakyat jadi korban. Para nasabah PT BPRS Gayo Perseroda, sebuah bank milik Pemda Aceh Tengah, nasib mereka terkatung-katung. Nasabah dirugikan karena ada “maling” di internal bank, dengan praktik debitur fiktif.
Soal bank plat merah ini, Pemda Aceh Tengah akan menutup operasional BPRS. Penutupan itu menurut Pemda menjadi syarat utama agar Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dapat menyelesaikan pembayaran dana nasabah.
Penutupan ini hasil dari biang keladi dari kelemahan pihak manajemen, termasuk Komisaris Utama perusahaan (Pemerintah daerah) yang gagal menjalankan tanggung jawabnya. Nasabah yang menjadi korban.
Soal kinerja ASN, para kepala Dinas bagaikan tubuh tidak memiliki ruh. Mampukah HAMAS mengembalikan etos kerja itu?
Demikian dengan hubungan harmonis antar Forkompimda, dimana saat ini hubungan antara eksekutif dan Legeslatif agak kurang harmonis. Masing masing dengan prinsipnya. Belum ada rasa kebersamaan untuk satu hati dalam membangun negeri.
Pasangan HAMAS nantinya bila sudah terlantik, hal itu tidak harus terjadi. Apalagi pasangan ini punya pendukung di DPRK yang ikut mengantarnya duduk di kursi BL1 G. Hubungan harmonis dan rasa sehati itu harus tercipta demi membangun negeri.
HAMAS juga harus menempatkan dirinya sebagai milik publik, bukan lagi milik pengusung dan pendukungnya. Bukan lagi membela kepentingan pengusung dan pendukungnya, namun membela rakyat dalam mewujudkan visi dan misinya.
Bila HAMAS masih mengkotakan diri, lebih mengutamakan kepentingan pengusung dan pendukungnya dari pada kepentingan publik, HAMAS bukanlah negarawan sejati. Negeri ini dibangun bukan untuk kelompok, namun untuk publik.
Dalam menempatkan ASN yang kridebel misalnya, tentunya bukan hanya sekedar melihat loyalitas. Namun harus mempertimbangkan kapabilitas seseorang, agar sama sama duduk dalam sebuah bahtera untuk menggapai obsesi.
Memikirkan orang orang yang berjasa dalam pertarungan memperebutkan BL 1 G, adalah sebuah keharusan. Namun menjalankan amanah, memikirkan nasib publik, nasib negeri ini adalah sebuah kewajiban, karena amanah itu sudah diletakan di Pundak Haili dan Muchsin.
Amanah itu akan diminta pertanggungjawabanya bukan hanya dihadapan manusia, namun dihadapan sang Khaliq harus dilakukan.
Merebut BL 1 G itu berat, pertarunganya bukan hanya melelahkan. Menguras energi, pemikiran, finansial, emosial dan kecerdasan dalam strategi pertempuran. Namun lebih berat lagi melanjutkan perjuangan setelah pertarungan itu usai dilakukan.
Bila nanti HAMAS sudah mengenakan lencana di dada, mampukah menjadi nakhoda yang baik? Menyelesaikan beragam persoalan daerah yang kini membelit. Mampukah jeratan itu diurai, agar penghidupan normal kembali didapatkan masyarakat?
Haili Yoga dan Muhcsin Hasan harus mampu. Tidak ada istilah “pasrah” dengan keadaan, bila ingin negeri ini baik. Bukan hanya mampu merebut kekuasan, namun mampu menjalankan amanah yang sudah diberikan.
Rakyat sangat berharap, bupati dan wakil bupati nantinya akan seirama dalam mengikuti “tepok didong” hingga amanah ini usai dijalankan. Bukan berbeda “tingkah” dalam alunan nada.
Negeri Gayo Lut membutuhkan “ceh” yang punya karakter dalam mengalunkan nada, sehingga “peningkah” seirama dalam menepuk kanvas. Rakyat akan mengenang apa yang mereka lakukan.
Haili- Muchsin, beban yang diletakan di pundakmu berat. Namun akan terasa ringan bila dilakukan dengan ihklas dan penuh pengabdian. Berkaryalah, agar dicacat dengan tinta emas dalam relung sanubari rakyatmu! *** Bahtiar Gayo