kip lhok
Beranda / Feature / Effendi Simbolon Mengusik Kenyamanan Pasukan Tempur

Effendi Simbolon Mengusik Kenyamanan Pasukan Tempur

Kamis, 15 September 2022 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Lencana emas yang disematkan di dada sebagai orang terhormat, belum sepenuhnya membuat pemakainya dihormati. Apalagi ketika sikap dan prilakunya melukai perasaan dan menusuk relung hati terdalam.

Luka di tubuh dapat terobati, lantas bagaimana dengan luka di hati? Publik kini disuguhkan dengan informasi bangkitnya kekuatan pasukan loreng, setelah anggota DPR RI dari PDIP memantik api.

Keluarga besar pasukan tempur yang terlatih ini, para purnawirawan, pemanggul senjata mulai dari akar rumput sampai jenderal memberikan perlawanan. Mereka tidak terima “sayatan” lidah Effendi Simbolon yang sudah memerihkan hati.

Reaksi perlawanan bermunculan dari seluruh sudut bumi Pertiwi. Ahirnya Effendi Simbolon, anggota DPR RI menyatakan permintaan maaf atas kesilapan ucapanya, yang telah membuat semua tidak nyaman.

Kalimat Effendi Simbolon anggota Komisi I dari F-PDIP dalam pertemuan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan lembaga terhormat, dimana Effendi menyebutkan TNI kayak gerombolan, lebih-lebih ormas jadinya. Tidak ada kepatuhan yang sudah menjadi pembahasan publik, belum membuat intitusi dan keluarga besar pengaman negara ini menerima dengan lapang dada.

Tantangan dari para prajurit terhadap Effendi Simbolon mengalir bagaikan air deras yang sulit dibendung, apalagi KSAD memerintahkan kesatuanya untuk memberikan perlawanan. Bermunculanlah pernyataan perlawanan.

Analisis yang sangat menarik disampaikan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Dalam ulasanya kepada media, Gatot “membakar” semangat pasukan tempur di bumi pertiwi ini untuk bangkit.

Gatot menilai, pernyataan Effendi Simbolon yang menyebut TNI seperti gerombolan dan lebih buruk dari ormas patut diwaspadai. Itu merupakan bagian dari upaya pembusukan TNI.

"Saudara-saudara ini adalah proses pembusukan TNI. Ini proses pembusukan TNI. Sangat luar biasa," ujar Gatot diskusi yang digelar KAMI dan disiarkan via FNN TV, Rabu (14/9).

"Kenapa? Karena pernyataan ini didengar publik, ditayangkan live, disebarkan lagi bagaimana tentara-tentara di dunia melihat dan pernyataan ini sangat bisa dipercaya, di tempat terhormat, di DPR dalam komisi yang bergerak bertugas mengawasi TNI," sebut Gatot.

Menurut Gatot, Effendi Simbolon yang juga menyoroti soal insubordinary, disharmoni, dan ketidakpatuhan. Pernyataan ini sangat berbahaya bagi kesatuan TNI. Ini sangat berbahaya karena kesimpulannya TNI sudah porak poranda.

Menurut Ketua Presidium KAMI itu menilai, ada 2 dampak besar dari pernyataan Effendi Simbolon. Dari sisi luar negeri, ini merupakan waktu yang tepat untuk menyerang Indonesia, karena TNI sedang tidak kompak dan tidak terkendali.

Di dalam negeri, bisa menunjukkan ada opini untuk tidak lagi percaya pada TNI karena kondisinya sudah lebih buruk dari ormas dan tidak ada kendali lagi.

"Dari dalam negeri menyampaikan kepada rakyat, hai rakyat jangan kau percaya kepada TNI, TNI itu lebih jelek dari ormas, TNI enggak ada kendali, terjadi pembangkangan, enggak kompak pemimpinnya, tidak patuh sama pimpinan, dan terjadi pembangkangan. Itu TNI sekarang. Sehingga kepercayaan rakyat enggak percaya lagi sama TNI," jelas Gatot.

Gatot yang pernah menjabat sebagai Pangkostrad menilai kondisi ini sangat berbahaya bagi TNI. Sebab, TNI dan rakyat tidak boleh dipisahkan. Ibaratnya nyawa dan badan. TNI badan, rakyat nyawanya.

Kalau TNI ditinggalkan rakyat, bangkai dia. Ini program, dengan berita ini agar rakyat tidak percaya lagi sama TNI. Analisa saya seperti itu dan bisa benar itu terjadi, jelas Gatot.

Gatot memberikan penilaian, prajurit hanya memiliki harga diri dan semangat untuk membela negara dan bangsa. TNI tidak punya uang dengan gaji yang hanya UMR. Yang membuat TNI masih hidup, prajurit masih hidup itu karena dia punya harga diri melindungi negara dan bangsa melindungi rakyatnya.

“Siap berkorban, mengorbankan jiwa, raga, dan ini dipotongi semuanya harga dirinya karena dibilang gerombolan lebih jelek dari ormas. Moral mental prajurit jatuh. Pemimpinnya disharmoni, maka pemimpin tak dipatuhi prajurit, hilang kepercayaan pada pimpinan. Ini sangat berbahaya," sebut Gatot.

Maraknya aksi protes, kecaman terhadap Effendi Simbolon, membuat wakil terhormat dengan lencana emas di dada ini, ahirnya meminta maaf. Effendi menyadari ada pihak yang tak nyaman dengan pernyataannya mengenai 'gerombolan' tersebut. Ia menegaskan, tak ada maksud untuk menganggap bahwa TNI seperti ormas.

"Saya menyadari bahwa itu mungkin menjadi tidak nyaman dan tidak elok dan juga beberapa pihak tidak nyaman, mungkin merasa tersinggung atau tersakiti akan kata-kata yang keluar dari saya yang seputar soal gerombolan dan ormas," kata dia.

"Yang sejatinya sejujurnya saya tidak pernah menstigmakan TNI itu gerombolan, tapi lebih kepada, kalau tidak ada kepatuhan. Kalau tidak ada kemudian harmoni dan seterusnya, itu seperti gerombolan dan seperti ormas," sebut Effendi.

Politikus ini mengakui, dia telah menyampaikan permohonan maafnya ke Jenderal Andika dan Dudung beberapa hari lalu lewat pesan teks. Namun baru Andika yang menjawab.

"Pak Dudung belum respons, saya tanggung jawab atas saya sampaikan dan sikap dan ke Tuhan saya juga punya kehormatan yang saya akan bawa sampai ke pusara," kata Effendi.

Tajamnya lidah bisa lebih tajam dari sembilu. Sayatan pedang yang melukai tubuh dapat terobati, namun luka yang menusuk relung hati, apakah dengan mudah dapat terobati? Mungkin kalimat ini masih bersemayam di relung hati para prajurit TNI yang memberikan perlawanan atas pertanyaan Effendi Simbolon.

Namun, dilain sisi Effendi Simbolon sudah mengakui kekhilapanya dengan permintaan maaf. Sebagai manusia dia mengakui kesalahanya. Tidak ada manusia yang sempurna dari silap.

Ahirnya, KASADJenderal Dudung Abdurachman dalam keteranganya kepada media menyampaikan dirinya dan jajaran TNI AD memaafkan anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDIP Effendi Simbolon terkait ucapan TNI 'gerombolan'.

"Sebetulnya kemarin pada saat saya di Pekanbaru, saya sudah menyampaikan artinya bahwa permohonan maaf dari Pak Effendi Simbolon bagi kami jajaran TNI Angakatan Darat tentunya memaafkan," ungkap Dudung di Mabes AD, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022).

"Toh Tuhan Maha Pemaaf, masa manusia tidak memaafkan. Kami jajaran TNI Angkatan Darat memaafkan. Manusia tidak terlepas dari kekhilafan, kesalahan. Ya itulah pada dasarnya manusia tidak sempurna," ucap Dudung.

Sebuah catatan sejarah di bumi Pertiwi, keselo lidah bisa menusuk relung hati dan menimbulkan reaksi. Tidak ada salahnya kita ikuti petuah leluhur, pikir itu pelita hati. Sebelum mengucapkan sesuatu sebaiknya dipertimbangkan baik-baik, karena ketika kata sudah terucap dari mulut bukan lagi milik kita. *** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda