Beranda / Feature / Demi Makam Cut Meutia Prajurit TNI Rela Meneteskan Darah

Demi Makam Cut Meutia Prajurit TNI Rela Meneteskan Darah

Selasa, 10 Desember 2024 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Danrem 011 Lilawangsa, Kolonel. Inf. Ali Imran bersama prajurit TNI melintasi medan yang berat demi mencapai makam pahlawan Aceh Cut Meutia (foto/ For Dialeksis.com)

DIALEKSIS.COM| Aceh Utara- Hujan, bukan hanya membuat medan jalan tanah semakin berlumpur. Namun arus sungai untuk dilalui semakin deras. Kuda besi tempur milik TNI terperangkap.

Namun apapun tantangan medan yang berat, harus melintasi sungai dengan memikul beban, bahkan ada yang mengeluarkan darah,  Danrem dan prajurit TNI tidak menyerah untuk mencapai makam pahlawan Aceh Cut Meutia. Makam yang tersembunyi dbalik pengunungan dalam kesunyian alam yang jarang diziarahi manusia.

Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Ali Imran menunjukan keperkasaan sebagai seorang perwira TNI Kopassus. Putra asli Aceh ini tidak menyerah dengan keadaan medan yang berat, walau bahunya harus memikul karung berisikan paving block.

Sungai yang deras dilewatinya bersama prajurit TNI, tekadnya kuat untuk memperbaiki, membangun pusara pahlawan Aceh Cut Muetia, seorang wanita Aceh yang ihlas bersemayam dalam hutan belantara dalm menghadapi gempuran kolonial Belanda.

Mereka menuju puncak bukit Alue Kureng, kawasan hutan belantara Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara. Disana ada makam pahlawan Aceh yang kondisi makamnya sangat miris.

Hujan yang tidak berhenti mengguyur bumi membuat sungai Krueng Kerto airnya naik dan mulai deras. Bebatuan di dalam sungai ini licin. Namun perjalanan kaki sepanjang 4 kilometer, karena tidak dapat ditembusi, harus dilakukan Danrem 011 LW bersama rombongan.

Ada diantara mereka yang jatuh bangun dan kecebur sungai. Namun kembali bangkit dengan tetap memikul paving block dalam karung. Pemandangan yang penuh heroic untuk mencapai makam pahlawan Aceh ini berlangsung, Senin (9/12/2024).

Danrem Ali Imran disela sela tetesan keringatnya bercampur air keruh mengatakan, pemugaran makam pahlawan Aceh ini telah direncanakan sejak Mei 2024. Bertepatan memperingati Hari Juang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, HJK Ke-79 TNI AD, “TNI AD Berjuang Bersama Rakyat, rencana itu diwujudkan.

“Pemugaran ini, pekerjaannya sedang berlangsung, kami selaku putra asli Aceh, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Niko Fahrizal, Dandim 0103/Aceh Utara Letkol Kav Makhyar dan saya Danrem 011/Lilawangsa Kolonel Inf Ali Imran, menunjukan rasa hormat kami kepada pahlawan pendahulu. Salah satunya Cut Nyak Meutia,” ungkap Danrem.

Bentuk kecintaan dan penghormatan kami kepada pahlawan, lanjut Danrem, dengan menjaga marwah pahlawan nasional, merawat makam mereka, dan merawat benda-benda sejarah bukti peninggalan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Makam pahlawan inilah sebagai bukti kisah perjuangan yang harus dirawat, jika kita jaga marwah pahlawan pendahulu berarti kita telah menjaga kehormatan bangsa Indonesia dimata dunia,” jelas Danrem Ali Imran.

“Kita sebagai penikmat kemerdekaan ini harus meneruskan perjuangan para pahlawan dan tidak boleh melupakannya,” pinta Danrem.

Menurutnya, makam pahlawan nasional harus dirawat dan dibangun galeri tempat upacara maupun meseum berisi replika barang sejarah lainnya milik almarhum. Namun kondisi kompleks makam Cut Meutia jauh beda dengan kondisi makam nasional lainnya.

“Hampir puluhan tahun terbengkalai, walaupun pernah dipugar, namun belum maksimal. Maka jika tidak dirawat, benda sejarah bukti kemerdekaan tersebut akan hilang tanpa bekas waktu, “ sebutnya.

Demikian dengan generasi muda kedepan tidak mengetahui dimana makam pahlawan Cut Meutia dan hanya mengenal lewat uang dan cerita dongeng semata,” sebutnya.

Semangat tempur untuk membangun makam Cut Muetia di tengah hutan belantara Aceh ini ditunjukan para prajurit. Sekitar dua ratus lebih prajurit TNI gabungan mengangkut material dengan memanggul di pundaknya.

Mereka berjibaku, berjalan diantara lumpur, harus esktra hati hati karena licin, dan harus melintasi sungai, dimana airnya kerus dan arusnya mulai terasa deras, akibat guyuran hujan deras.

Sungai yang penuh bebatuan, licin, tajam, namun tidak terlihat karena airnya keruh, tidak menyurutkan semangat prajurit memikul beban. Setapak demi setapak mereka berlangkah demi mencapai tujuan.

Ada tetesan darah, ada diantara mereka terjatuh, terbentur batu, terkena benda tajam yang merobek kulit. Namun tantangan itu semuanya mereka lalui dengan penuh semangat sebagai bentuk penghormatan mereka kepada pahlawan Aceh Cut Muetia.

Danrem untuk mengerakan tugas mulia ini telah mengerahkan prajurit TNI berbagai satuan di jajaran Korem 011/LW. Ada TNI AL, TNI AU dan TNI AD, termasuk tim kesehatan TNI AD Kesrem Lhokseumawe. Semuanya mengandalkan bahunya untuk membawa paving block dalam karung.

Ketika Danrem Ali Imran turut memikul karung goni yang berisikan paving block, semangat prajuritnya bertambah. Jalan yang mereka lalui naik turun gunung dan harus menyebrangi sungai, penuh tantangan tidak membuat mereka surut.

Bahkan ketika mereka melihat Danrem terjatuh dengan beban dipundaknya dan bagian tanganya terluka, namun bangkit kembali dan tetap memikul paving block, darah para prajurit mampu mengalahkan diringnya alam. Mereka semua bangkit, penuh semangat untuk mencapai makam.

Danrem Kolonel Ali Imran seangkatan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan pembangunan kewilayahan, menunjukan kecintaanya dan rasa hormatnya kepada pahlawan.

Ali Amran juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat melalui Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria yang merupakan putra asli Aceh, guna mendukung upaya membuka akses dan renovasi makam pahlawan nasional Cut Muetia.

Kondisi makam Cut Meutia berbeda dengan makam pahlawan Cut Nyakdhein di Jawa Barat. Bila Cut Nyakdhien dengan mudah bisa diziarahi dan sudah tertata dengan baik, sementara makam Cut Muetia kondisinya memprihatinkan.

Berada dibelantara hutan yang sulit diakses. Sarana tranportasi ke sana sangat sulit, hanya kenderaan tertentu yang bisa melalui medan berat ini. Itu juga harus dilanjutkan dengan berjalan kaki, menuruni bukit, menyisir lembah dan melintasi sungai.

Hutan belantara Bukit Alue Kureng menjadi saksi, disana bersemayam srikandi Aceh dan pasukanya. Mereka telah menunjukan tetesan darah dan tulang belulang mereka pantas diterima bumi sebagai syuhada.

Semoga makam ini tidak lagi miris dan memprihatinkan, semangat juangmu TNI untuk memugar dan membangun pusara pahlawan Aceh ini akan menjadi catatan sejarah. Tetesan keringat, ada luka terpancar darah, pakaian lorengmu menjadi saksi bagaimana menghormati dan menghargai pahlawan.** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI