Ada Doa dan Linangan Air Mata di Makam Cut Meutia
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
Lokasinya makamnya nun jauh dalam hutan belantara, namun pada hari bersejarah di sana ada taburan bunga. Ada lantunan doa dalam linangan air mata. Puluhan manusia pilihan rela disiram hujan, naik turun gunung, menyeberangi sungai, bahkan harus menginap di hutan, demi menjenguk pusara.
Tidak mudah untuk mencapai lokasi ini. Selain membutuhkan waktu 12 jam dari Lhokseumawe, fisik dan mental juga harus kuat. Hanya orang tertentu yang bisa melakukanya. Mereka yang punya semangat dan rasa mencintai akan tiba di sana.
Lokasinya berada di kawasan hutan lindung Gunung Lipeh, Ujung Krueng Kereuto, Pirak Timue, Aceh Utara. Di sana bersemayam sosok wanita Aceh yang gigih berjuang menghadapi colonial Belanda. Namanya harum, walau pusaranya dalam hutan belantara.
Makam yang terbilang jarang dikunjungi ini, karena sulitnya menuju lokasi, pada peringatan hari Pahlawan 10 November 2021 ada upacara bendera di sana. Ada taburan bunga, ada alunan doa dalam linangan air mata.
Ada doa yang keluar dari mulut mereka yang ihlas untukmu Cut Meutia. Mereka datang menghadapi tantangan alam demi menjenguk pusaramu. Demi mengibarkan bendera merah putih, saat di seluruh pertiwi mengibarkanya dalam rangka mengenang jasa para pahlawan.
Mereka yang datang berdoa di makam pahlawan Aceh ini adalah manusia pilihan. Ada dari kesatuan Kodim 0103/Aceh Utara. Polres Aceh Utara, dan Polres Lhokseumawe, komunitas motor trail, mahasiswa dan adik-adik pramuka, serta beberapa tokoh dan masyarakat Aceh Utara. Bahkan terlihat kaum wanita.
Mereka dengan penuh keihlasan, penuh rasa cinta mau melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan. Rela di siram hujan, rela tidur seadanya ditengah hutan belantara dalam cuaca yang dingin menusuk tulang.
Demikian dengan perjalanan pulang, mereka harus turun naik gunung, menyeberangi sungai, berjalan dalam guyuran hujan. Sebuah perjalanan yang melelahkan, namun menimbulkan semangat yang menyala dalam dada.
“Saya terharu dan berterima kasih sekali kepada tim yang melaksanakan upacara bendera para peringatan hari pahlawan di makam pejuang kita Cut Muetia. Mereka menghormati pejuang, walau untuk kesana medanya berat,” sebut Dandim 0103 Aceh Utara Letkol Arm Oke Kistiyanto S.A.P.
Pelaksanaan upacara juga berlangsung hidmad. Ada linangan air mata ketika sang saka merah putih berkibar di kawasan hutan belantara ini.
Tidak hanya sampai disitu, linangan air mata yang mengalir di pipi juga terlihat dari beberapa peserta upacara ketika dilangsungkan pembacaan doa di makam wanita Aceh yang gagah perkasa ini. Para peserta kusuk melantunkan permintaan kepada Ilahi.
Kesan yang indah juga ada pada saat dilakukan tabur bunga. Siraman air diserta aroma wangi bunga, juga dibaringi doa turut serta diwarnai linangan air mata. Doa doa untuk pahlawan masih terucap dari bibir yang ihlas.
Selain melakukan upacara, sebut Dandim 0013 Aceh Utara, para peserta upacara juga melakukan pembersihan di seputar makam. Semuanya dilakukan oleh para peserta dengan ihlas, tidak kecuali kaum hawa yang ikut dalam rombongan.
Dandim berharap dengan semangat memperingati hari pahlawan ini, seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang. Bekerja, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat, maupun pahlawan bagi negeri Indonesia.
Aceh dikenal dengan banyaknya pejuang, tidak terkecuali kaum wanita. Ada sejumlah nama yang tetap dikenang seperti Cut Nyakdien yang pusaranya berada di Sumedang, ada nama laksamana Malahayati, ada nama Cut Meutia yang pada hari pahlawan ini dikunjungi oleh mereka yang menghargai jasa-jasa pejuang.
Walau makam Cut Meutia jauh dari Lhokseumawe dan terbilang sulit di sana, namun namanya akan tetap dikenang. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawanya. Terima kasih Cut Muetia, terima kasih pahlawan.
Walau melelahkan, tim pengibar bendera kembali dengan selamat. Doa doa mereka dalam alunan air mata, telah meninggalkan kesan dan membalut semangat dalam dada. Terima kasih pahlawan, karena perjuanganmu maka kami menikmati merdeka. **** Bahtiar Gayo