Beranda / Feature / Aceh Local Band 2024, Panggung Apresiasi dan Regenerasi Musisi Lokal

Aceh Local Band 2024, Panggung Apresiasi dan Regenerasi Musisi Lokal

Sabtu, 07 September 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Band asal Aceh, Hailwave tampil di hari pertama gelaran Aceh Local Band di Taman Seni Budaya, Banda Aceh, Selasa (3/9/2024). [Foto: serambinews/Miranda Syahnola]


DIALEKSIS.COM | Feature - Serambi Mekkah kembali menggema dengan alunan musik yang membelah ruang dan waktu, membawa kita kembali pada akar dan identitas. Di bawah langit Banda Aceh yang membentang, Taman Budaya menjadi saksi dari gelora kreativitas yang meluncur bebas, menembus batas-batas generasi.

Di sini, selama dua hari, 3 hingga 4 September 2024, sebuah perayaan musik yang penuh makna digelar: Aceh Local Band 2024. Sebuah pagelaran istimewa yang menjadi ajang untuk merayakan para musisi lokal, meresapi kekayaan budaya Aceh, dan membangun jembatan antara masa lalu dan masa depan melalui nada-nada yang berpadu indah.

Di setiap dentingan gitar, ketukan drum, dan vokal yang mengalun, ada kisah yang tertulis di atas panggung ini. Sebuah perjalanan panjang yang melibatkan musisi-musika Aceh yang telah melangkah jauh, mengarungi dunia musik, dan kini kembali mengisi setiap sudut panggung dengan semangat yang sama, mewakili suara hati rakyat Aceh.

Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal, melalui Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamzah mengungkapkan Aceh Local Band 2024 ini tidak hanya menjadi panggung apresiasi, tapi juga menjadi bagian penting dari rangkaian Aceh Festival 2024 yang memeriahkan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.

“Ini bukan sekadar panggung hiburan, tapi juga panggung apresiasi bagi para talenta terbaik Aceh yang telah menghasilkan karya orisinil,” jelas Laila.

Sebuah Konser Lintas Generasi

Bagi siapa pun yang mengenal Aceh, musik bukan sekadar hiburan. Musik adalah denyut nadi kebudayaan, tempat sejarah, perasaan, dan harapan berpadu. Dan di Aceh Local Band 2024, kita akan menyaksikan bukan hanya penampilan para musisi, tetapi sebuah kolaborasi lintas generasi yang menyentuh jiwa. Tujuh band akan memulai perjalanan pada hari pertama dan delapan band akan mengakhiri acara ini pada 4 September 2024. Para musisi yang hadir, baik yang sudah lama berkiprah maupun yang baru muncul, saling bersanding di panggung yang sama, menciptakan melodi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan.

Tidak hanya tentang penampilan, acara ini juga menjadi ruang apresiasi bagi mereka yang telah lama memberi warna pada musik Aceh. Nama-nama besar seperti Abu Bakar AR, seorang legenda musik Aceh, akan berkolaborasi dengan D’Funky Abizzz, band generasi Z yang sedang naik daun. Sebuah penghormatan yang indah terhadap karya-karya lama, namun dibalut dengan sentuhan modern. 

Musisi-musisi muda yang mewakili semangat baru dalam bermusik akan berinteraksi dengan para senior mereka, menciptakan harmoni yang melampaui batasan usia dan pengalaman. Dalam kolaborasi ini, lagu-lagu klasik Aceh dihidupkan kembali dengan gaya yang lebih segar, namun tetap mempertahankan jiwa asli yang telah ada sejak puluhan tahun lalu.

Kepala Bidang Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh , Nurlaila Hamzah mengungkapkan Aceh Local Band 2024 bagian penting dari rangkaian Aceh Festival 2024 yang memeriahkan PON. [Foto: dok. Disbudpar Aceh]

Taman Budaya: Bernaungnya Ribuan Kisah Seni Budaya

Taman Budaya Banda Aceh bukan hanya sekadar tempat yang mengakomodasi acara ini. Ia adalah simbol hidupnya seni dan budaya Aceh. Sebagai pusat kebudayaan, Taman Budaya telah menyaksikan ribuan kisah yang tercipta, dan kini, ia akan menjadi tempat bernaung bagi para seniman dan penonton yang datang untuk menikmati pertunjukan. Dalam suasana yang lebih intim dan penuh kehangatan, pengunjung akan duduk di kursi palet yang disusun rapi, menyaksikan setiap aksi panggung dengan mata hati yang terbuka.

Pemanfaatan barang-barang bekas, seperti kursi palet, menjadi salah satu sentuhan kreatif yang memberi warna tersendiri pada acara ini. Kursi-kursi ini, yang dipenuhi dengan kenangan dari tangan-tangan yang merakitnya, kini menjadi saksi dari pertunjukan seni yang berharga. Setiap sudut panggung, setiap detak musik yang mengalun, menyatu dengan filosofi bahwa seni itu harus dirawat dan dijaga, sebagaimana yang tercermin dalam tema acara "Ta Puga Seni Budaya, Wareh Keu Cuco Pusaka Bangsa".

Tema ini bukan sekadar slogan. Ia adalah sebuah ajakan untuk generasi muda Aceh agar tidak melupakan warisan budaya yang telah ada, melainkan meneruskannya dengan semangat yang baru. Dengan keberadaan acara seperti Aceh Local Band, regenerasi dalam dunia seni, khususnya musik, menjadi mungkin. Para musisi muda belajar dari para senior mereka, bukan hanya dalam hal teknik musik, tetapi juga dalam hal menjaga dan menghormati nilai-nilai yang telah diwariskan.

Sebuah Perjalanan Musik yang Kaya

Aceh Local Band 2024 bukan sekadar ajang untuk menghibur, melainkan juga sebuah perjalanan musik yang kaya akan makna. Dari panggung ini, penonton akan diajak untuk menikmati sebuah konsep medley, sebuah perpaduan yang halus antara berbagai era dan genre musik. Dari rock, reggae, hingga pop, semua akan bersatu dalam satu bingkai yang utuh, menggambarkan betapa musik Aceh itu kaya dan beragam.

Penampilan band-band seperti Semuka, Seuramoe Reggae, Denny Syukur, dan Sabirin Lamno akan membawa penonton pada nostalgia yang dalam. Sebagai musisi yang sudah lama berada di kancah musik Aceh, mereka memiliki cara khas dalam menampilkan karya mereka, yang tidak hanya menggugah hati, tetapi juga mengajak penonton untuk merenung. Mereka telah mewarnai banyak generasi, dan kini mereka hadir kembali untuk memberi kebanggaan dan kebahagiaan pada tanah Aceh yang mereka cintai.

Namun, musik Aceh bukan hanya milik masa lalu. Band-band muda seperti The Budhi, Hailwave, dan Thread Needle akan memperkenalkan wajah baru dalam musik Aceh. Mereka hadir dengan semangat baru, penuh dengan inovasi, dan siap menembus batas-batas yang ada. Mereka tidak hanya membawa musik, tetapi juga ide-ide segar yang akan membawa Aceh ke dalam kancah musik yang lebih luas.

Di samping panggung musik, juga tersedia galeri seni yang memamerkan karya-karya dari para seniman lokal. Di sini, pengunjung dapat menikmati berbagai rilisan fisik seperti kaset, CD, dan vinyl, yang menjadi kenangan dari konser-konser dan pertunjukan musik yang telah berlangsung. Tak hanya itu, bazar UMKM juga hadir untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha kecil untuk memamerkan produk-produk lokal mereka, menciptakan suasana yang semakin meriah dan mendalam.

Merchandise seperti baju, topi, dan berbagai barang kreatif lainnya akan memeriahkan acara ini. Bagi para pecinta musik Aceh, barang-barang ini menjadi pengingat bahwa mereka turut berperan dalam menjaga dan merayakan musik lokal. Setiap item yang terjual, setiap karya seni yang dipajang, menjadi bukti bahwa Aceh tidak hanya memiliki sejarah yang kaya, tetapi juga masa depan yang penuh harapan.

Seuramoe reagge turut ambil bagian di Aceh Local Band 2024, Andi (Vocal/Gitar) Dedi (Drum/cajon) dan Wawa (Basis). [Foto: Koleksi Pribadi Jeffri RRI]

Sebuah Harapan dan Doa untuk Aceh

Di balik segala kemeriahan dan semarak acara ini, ada satu harapan yang mendalam. Semoga PON XXI dapat berjalan sukses, menjadi ajang yang mengukuhkan Aceh di mata nasional dan dunia. Melalui acara seperti Aceh Local Band 2024, kita tidak hanya merayakan musik, tetapi juga membangun citra bahwa Aceh adalah daerah yang kaya akan seni dan budaya, yang layak menjadi tuan rumah bagi event-event besar di masa depan.

Sebagai penutup, Aceh Local Band 2024 adalah simbol dari kehidupan musik Aceh yang terus berkembang, yang tidak pernah berhenti berkreasi meski zaman terus berubah. Ini adalah panggung bagi mereka yang telah lama mengukir nama di dunia musik, dan juga bagi mereka yang baru saja memulai perjalanan mereka. Di atas panggung ini, musik Aceh tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan, hidup, dan terus berjalan seiring dengan waktu.[adv]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI