DIALEKSIS.COM | Jakarta - Di tengah dinamika global yang tak menentu, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat transformasi digital di sektor keuangan dan sistem pembayaran nasional. Dalam laporan terbarunya, BI mencatat transaksi pembayaran digital pada kuartal II-2025 tumbuh pesat 30,51% (yoy) hingga mencapai 11,67 miliar transaksi.
Salah satu pendorong utama adalah melonjaknya transaksi digital melalui QRIS yang tumbuh hingga 148,5% (yoy). BI mencatat bahwa peningkatan ini ditopang oleh perluasan jumlah merchant, pengguna, dan integrasi teknologi seperti QRIS Tanpa Pindai (TAP).
Guna memperluas jangkauan, BI akan meluncurkan kerja sama QRIS Antarnegara dengan Jepang pada 17 Agustus 2025 dan memulai sandbox untuk kerja sama dengan Tiongkok.
Selain itu, BI memperkuat dukungan terhadap sektor riil, khususnya UMKM dan sektor prioritas lainnya, melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hingga awal Juli 2025, total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp376 triliun, dengan porsi terbesar ke bank BUMN dan bank swasta nasional.
Sektor-sektor penerima insentif meliputi pertanian, perumahan rakyat, perdagangan, manufaktur, hingga pariwisata dan ekonomi hijau.
“Insentif ini dirancang untuk mendorong penyaluran kredit yang berkualitas dan inklusif, sejalan dengan agenda pembangunan nasional Asta Cita,” tulis BI dalam keterangan resmi yang diterima pada Kamis (17/7/2025).
Meski begitu, BI mencatat bahwa penyaluran kredit perbankan pada Juni 2025 melambat ke 7,77% (yoy), dari 8,43% pada Mei. Kredit UMKM bahkan masih tumbuh rendah di angka 2,18% (yoy). Hal ini dinilai perlu menjadi perhatian agar pemulihan ekonomi dapat lebih merata dan berkelanjutan.
Dalam menjaga stabilitas sistem pembayaran, BI juga memastikan pasokan uang Rupiah tetap cukup, aman, dan layak edar, termasuk di wilayah 3T. Infrastruktur BI-FAST dan BI-RTGS juga terus diperkuat demi mendukung ekosistem ekonomi keuangan digital yang semakin luas. [ra]