Shell Disetop Operasi di Seluruh SPBU Indonesia, Apa Penyebabnya?
Font: Ukuran: - +
Suasana SPBU Shell yang berada di kawasan bisnis Soewarna, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Kamis (19/4). Foto:Merdeka
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) telah menjaring kabar, soal rencana Shell Indonesia yang dikabarkan bakal menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) miliknya di Indonesia.
Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengaku tak heran mendengar desas-desus tersebut. Lantaran, ia menilai jaringan ritel penyaluran produk BBM di SPBU Indonesia saat ini sudah sangat dikuasai oleh Pertamina.
"Kalau di Indonesia terlihat jelas, saya enggak heran kalau dia mau tutup bisnis SPBU-nya di Indonesia. Karena kita lihat sendiri, mayoritas dari SPBU itu dikelola atau di bawah Pertamina. Jadi untuk mereka bersaing itu sulit," ujarnya kepada Liputan6.com.
Sedikit kilas balik, Moshe menceritakan, Shell sempat berjaya di bisnis jaringan ritel Tanah Air saat produk BBM miliknya punya nilai tambah lebih dibanding Pertamina dan perusahaan sejenis lain.
Namun, ketika perusahaan minyak yang bermarkas di Inggris tersebut punya niat berinvestasi lebih masif di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Shell sempat membuat pernyataan akan menutup 1.000 SPBU hingga 2025.
Ditambah, pesaingnya di bisnis serupa yakni Pertamina sudah lebih kompetitif dan punya keunggulan yang tak bisa disaingi. Sebagai satu-satunya badan usaha di Indonesia yang berhak menyalurkan jenis BBM subsidi.
"Pertamina semakin lama semakin baik, dari kualitasnya, servisnya, dan lain sebagainya. Di satu sisi, Pertamina satu-satunya perusahaan yang diperbolehkan pemerintah untuk menjual BBM bersubsidi," ungkap Moshe.
"Jadi ya susah kalau mau bersaing. Satu kualitasnya makin tinggi, Shell sudah mulai berkurang competitive advantage-nya, nilai jual dia terhadap kompetitornya sudah mulai disamai. Di lain sisi, dia juga enggak bisa berkembang karena sudah dimonopoli oleh Pertamina yang difasilitasi oleh pemerintah," bebernya.
Hingga berita ini diturunkan, Liputan6.com sudah hubungi Shell Indonesia, dan belum mendapatkan respons. [Liputan6.com]