Senin, 10 Maret 2025
Beranda / Ekonomi / SAPA Usulkan Shell Hadir di Aceh, Siapa Pemiliknya?

SAPA Usulkan Shell Hadir di Aceh, Siapa Pemiliknya?

Senin, 10 Maret 2025 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell Hayam Wuruk Tuban. Foto: doc Shell Indonesia


DIALEKSIS.COM | Aceh - Serikat Aksi Peduli Aceh (SAPA) mengusulkan Gubernur Aceh untuk menghadirkan SPBU milik perusahaan asing, salah satunya dari Shell, sebagai upaya mengatasi krisis kepercayaan masyarakat terhadap layanan BBM dalam negeri. Fauzan Adami, Ketua SAPA, menyatakan bahwa kehadiran SPBU asing di Aceh diharapkan mampu memberikan alternatif pelayanan yang lebih berkualitas.

Di tengah maraknya kasus korupsi di sektor BBM yang menggoyahkan kepercayaan publik, banyak pengendara mulai mencari alternatif SPBU yang lebih andal. Shell, yang telah lama dikenal sebagai pemain utama di industri minyak dan gas, menjadi salah satu opsi favorit karena kualitas layanan serta jaringan SPBU-nya yang tersebar di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, dan Jawa Timur.

Siapa Pemilik Shell?

Berdasarkan informasi dari situs resmi Shell Indonesia, perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari Shell plc, sebuah perusahaan energi multinasional yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda. Sementara itu, kantor pusat operasional Shell Indonesia berada di Jakarta. Shell menjalankan bisnisnya di berbagai sektor, antara lain: distribusi BBM untuk kendaraan, pelumas untuk industri, otomotif, dan transportasi, bahan bakar untuk industri kelautan, dan produk bitumen dan bahan bakar komersial lainnya. 

Hingga kini, Shell mengoperasikan lebih dari 170 SPBU dan memiliki fasilitas penyimpanan BBM di Gresik serta pabrik pelumas di Marunda, Bekasi. Pimpinan Shell Indonesia saat ini adalah Ingrid Siburian, yang sejak 1 Juli 2022 menjabat sebagai Presiden Direktur sekaligus Country Chair Shell Indonesia dan General Manager Shell Mobility Indonesia.

Sejarah Panjang Kehadiran Shell di Indonesia

Shell bukanlah pemain baru di pasar BBM Indonesia. Sejarah kehadirannya bermula pada tahun 1880 ketika Aeilko Jans Zijkler, seorang petani tembakau asal Belanda, menemukan indikasi adanya minyak di Sumatera Utara. Meskipun pengeboran awal belum membuahkan hasil, pada tahun 1885 Zijkler berhasil menemukan minyak di Telaga Tunggal 1, Pangkalan Brandan dan memulai produksi secara komersial.

Pada tahun 1897, Shell Transport and Trading Company menemukan cadangan minyak di Kalimantan Timur dan segera mendirikan kilang minyak kecil di Balikpapan pada tahun 1899. Memasuki abad ke-20, kedua perusahaan besar di industri minyak, Royal Dutch dan Shell, mendominasi pasar Indonesia. Pada tahun 1902, kedua perusahaan ini mulai bekerja sama dalam pengiriman dan pemasaran minyak, yang akhirnya berujung pada merger resmi pada 23 April 1907. Momen tersebut kini diperingati sebagai hari ulang tahun Shell.

Di era modern, Shell telah melakukan reorganisasi besar pada tahun 2005 dengan berganti nama menjadi Royal Dutch Shell plc dan mengembangkan operasinya secara global. Saat ini, Shell mempekerjakan lebih dari 103.000 karyawan di lebih dari 70 negara, serta terus membuka peluang kemitraan bagi para pelaku usaha yang ingin mengelola SPBU Shell di Indonesia.

"Kehadiran SPBU Shell di Aceh, jika terwujud, diharapkan tidak hanya sebagai alternatif pelayanan BBM yang berkualitas, tetapi juga sebagai bagian dari upaya meningkatkan integritas dan transparansi layanan energi di Indonesia. Dialeksis akan terus mengamati perkembangan ini sebagai bagian dari komitmennya dalam menyajikan informasi yang akurat dan mendalam kepada masyarakat," tutup Fauzan Adami, Ketua SAPA. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
ultah dialektis
bank Aceh
dpra
bank Aceh pelantikan
pers