DIALEKSIS.COM | Jakarta - Nilai tukar Rupiah kembali menunjukkan penguatan tipis di tengah tekanan global. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada Jumat (18/7/2025) pagi, Rupiah dibuka menguat ke level Rp16.320 per dolar AS, setelah sebelumnya ditutup di posisi Rp16.325 pada Kamis.
“Penguatan Rupiah terjadi di tengah dinamika global yang masih volatil, termasuk penguatan indeks dolar AS (DXY) dan naiknya yield obligasi pemerintah AS,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (19/7/2025).
DXY tercatat naik ke level 98,73, sementara yield US Treasury Note (UST) 10 tahun meningkat ke 4,451%. Di sisi domestik, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun justru mengalami penurunan ke 6,57% pada Kamis, dan sedikit turun lagi ke 6,56% pada Jumat pagi.
Meski Rupiah menunjukkan penguatan, tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia masih terlihat dari aliran modal asing. Dalam periode 14-17 Juli 2025, investor nonresiden tercatat melakukan jual neto sebesar Rp10,49 triliun.
“Tekanan terjadi terutama di pasar SRBI dan saham, masing-masing jual neto sebesar Rp8,95 triliun dan Rp1,91 triliun. Sementara itu, di pasar SBN tercatat beli neto Rp0,38 triliun,” ujar Ramdan.
Dari sisi risiko kredit, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun mengalami penurunan tipis menjadi 73,49 basis poin (bps) per 17 Juli 2025, dari 74,23 bps pada 11 Juli lalu. Penurunan ini menunjukkan persepsi risiko investor global terhadap Indonesia yang masih terjaga.
Secara year-to-date (s.d. 17 Juli 2025), investor asing tercatat masih menarik dananya dari pasar saham dan SRBI, masing-masing sebesar Rp58,01 triliun dan Rp48,07 triliun. Namun demikian, terdapat aliran masuk bersih di pasar SBN sebesar Rp59,97 triliun.
Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan ketahanan sektor eksternal. “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional,” tutup Ramdan. [ra]