DIALEKSIS.COM | Jakarta - Nilai tukar rupiah mengalami penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat pada pekan kedua September 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia, rupiah ditutup menguat ke level Rp16.425 per dolar AS pada Jumat pagi (12/9/2025), dibandingkan posisi penutupan Kamis (11/9/2025) di level Rp16.455 per dolar AS.
Selain rupiah, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga mengalami penurunan dari 6,37% menjadi 6,33%. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 97,53 dan yield US Treasury Note 10 tahun turun ke 4,021%.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam pernyataan resminya, Sabtu (13/9/2025).
Di sisi lain, aliran modal asing menunjukkan tekanan jual. Pada periode 8-11 September 2025, investor nonresiden tercatat melakukan jual neto sebesar Rp14,24 triliun. Rinciannya, sebesar Rp2,22 triliun berasal dari pasar saham, Rp5,45 triliun dari pasar SBN, dan Rp6,57 triliun dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Meski begitu, premi risiko Indonesia masih menunjukkan stabilitas. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 11 September 2025 turun menjadi 69,04 basis poin (bps), dibandingkan 69,55 bps pada 4 September lalu.
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 11 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp54,33 triliun di pasar saham dan Rp117,72 triliun di SRBI. Namun, di pasar SBN tercatat beli neto sebesar Rp58,94 triliun.
BI menegaskan bahwa pihaknya akan terus mencermati dinamika pasar dan memperkuat bauran kebijakan demi menjaga stabilitas nilai tukar dan arus modal asing di tengah ketidakpastian global. [ra]