Sabtu, 13 September 2025
Beranda / Ekonomi / PISPI Aceh Ajak Mahasiswa Pertanian Kembangkan Inovasi Teknologi

PISPI Aceh Ajak Mahasiswa Pertanian Kembangkan Inovasi Teknologi

Jum`at, 12 September 2025 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Ketua BPW PISPI Aceh, Ir. Azanuddin Kurnia, SP., MP. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) wilayah Aceh mengajak generasi muda untuk tidak ragu menekuni dunia pertanian

Organisasi yang menghimpun para sarjana pertanian ini menegaskan bahwa profesi petani bukan lagi pekerjaan yang kotor dan terpinggirkan, melainkan peluang besar di era teknologi modern.

Ketua BPW PISPI Aceh, Ir. Azanuddin Kurnia, SP., MP, mengatakan pentingnya mengubah cara pandang anak muda terhadap pertanian.

Menurutnya, selama ini pertanian kerap dianggap rendah dan melelahkan, padahal dengan hadirnya teknologi, profesi petani justru bisa dilakukan secara lebih bersih, efisien, dan menjanjikan.

“Anak muda kan sekarang tidak ramai lagi jadi petani. Selama ini pertanian sering dianggap rendah, kotor, dan seterusnya. Nah, dengan dinamisnya teknologi, terutama Gen Z, pertanian itu bisa dijalankan tanpa harus kotor. Sekarang orang bisa belanja dari kamar dengan aplikasi, begitu juga dengan bertani. Jadi mari kita dorong adik-adik mahasiswa pertanian untuk menunjukkan ide-ide baru dengan teknologi,” kata Azanuddin kepada Dialeksis.com, Jumat (12/9/2025).

Azanuddin menegaskan, kebanggaan terhadap profesi menjadi kunci agar generasi muda mau menekuni pertanian. Ia berharap mahasiswa dan sarjana pertanian tidak hanya berhenti di bangku kuliah, tetapi berani terjun langsung mengembangkan inovasi di lapangan.

“Yang kedua, kita harus menyemangati bahwa pertanian itu bukanlah hal yang jorok. Kalau kita seriusi, kita harus bangga dengan profesi kita. Kalau kita ada rasa bangga, maka kita akan ikhlas untuk terus berusaha,” ujarnya.

Ia menilai, dukungan pemerintah dalam program ketahanan pangan dan energi saat ini adalah momentum emas yang harus dimanfaatkan generasi muda Aceh. 

Menurutnya, sektor pertanian tidak hanya soal produksi gabah, tetapi juga bagaimana membangun industri yang bisa menyerap hasil panen petani lokal.

Azanuddin menyoroti kondisi Aceh yang selama ini justru kehilangan nilai tambah dari hasil pertanian. Ia mencontohkan, produk sampingan seperti dedak, sekam, dan patahan beras seringkali justru dibawa keluar daerah, lalu kembali dijual ke Aceh dengan harga lebih mahal.


“Kalau ada anak-anak muda kita yang mau bergerak di industri menyerap gabah petani, uang berputar banyak di Aceh. Tapi kenyataannya, nilai tambah itu justru dinikmati tetangga sebelah. Dedak, sekam, patahan beras itu semua selama ini kita beli dari luar, padahal bahan bakunya dari kita. Ini kan ironis,” ungkapnya.

Menurutnya, hal ini seharusnya menjadi peluang bagi generasi muda Aceh untuk membangun usaha di bidang agroindustri. Dengan begitu, petani bukan hanya menghasilkan gabah, tetapi juga bisa menikmati nilai tambah dari produk turunan pertanian.

Azanuddin berpesan kepada generasi muda bahwa sektor pertanian adalah pekerjaan yang tidak akan pernah berhenti dibutuhkan.

“Ke depan, industri makanan itu nggak akan pernah putus. Karena kita perlu makan setiap hari. Jadi jangan takut dengan pertanian, walaupun kadang terasa kotor, itu bagian dari usaha. Tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya sesuai dengan ide awal kita. Yang penting, kita berani mulai dan bangga dengan profesi ini,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
bpka - maulid
bpka