Beranda / Ekonomi / Pengamat Ekonomi: Daya Beli Masyarakat Menurun Karena Pengaruh Inflasi

Pengamat Ekonomi: Daya Beli Masyarakat Menurun Karena Pengaruh Inflasi

Minggu, 21 Mei 2023 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Pengamat ekonomi Rustam Effendi. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga cabai merah dan cabai hijau di Pasar Al Mahirah Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh masih terus mengalami penurunan harga. Merosotnya harga cabai merah dan cabai hijau itu disebabkan melemahnya daya beli masyarakat saat ini.

Menurut pengamat ekonomi Rustam Effendi, terjadinya hal itu diperkirakan salah satunya karena pengaruh inflasi. Inflasi di Aceh, misalnya di Banda Aceh dan Meulaboh rata-rata masih relatif tinggi, di atas angka rata-rata nasional seperti pada Triwulan IV 2022. 

Disamping itu, faktor lain menurut ekonom ini, bisa jadi juga akibat minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah ini, sehingga masyarakat sulit memperoleh pendapatan atau menambah penghasilan.

"Selain itu, akses terhadap sumber pembiayaan yang kian terbatas juga menjadi persoalan serius. Ini terjadi salah satunya akibat minimnya investasi (penanaman modal) yang masuk ke daerah ini dan minimnya jumlah lembaga keuangan yang tersedia di daerah, khususnya pasca tidak ada lagi lembaga keuangan konvensional," jelasnya kepada Dialeksis.com, Minggu (20/5/2023). 

Sejauh ini, jelas pemegang Sertifikat Financial Risk Management ini, pertumbuhan modal kerja pada Triwulan IV 2022 masih mengalami kontraksi (minus) sekitar 7,63 persen. Pada Triwulan I 2022 malah terkontraksi lebih dalam lagi, yakni 23,78 persen. Hal ini menjadi bukti bahwa keberadaan lembaga keuangan sebagai sumber pembiayaan yang ada di daerah selama ini belum mampu menambah aliran "darah" dalam mendorong dunia usaha, sehingga hal ini berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. Rendahnya pertumbuhan ekonomi ini sangat berpengaruh terhadap penyediaan lapangan kerja di Aceh. Daya serap pasar tenaga kerja menjadi terbatas, sehingga berujung pada tingginya angka pengangguran.   

Dosen Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) itu menyebutkan, menurut data dari laporan Bank Indonesia, sumber pembiayaan perbankan untuk modal kerja selama periode Triwulan I 2021 hingga Triwulan IV 2022 masih mengalami minus (kontraksi).

Sementara total kredit yang disalurkan bank berdasarkan lokasi bank juga turun dari sebelumnya Rp35,12 triliun (Triwulan I 2021) menjadi hanya Rp34,23 triliun (Triwulan IV 2022). Padahal, sebelum tahun 2021, total kredit masih di atas Rp 35 triliun.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda