Mualem-Dekfadh Usung Agroindustri untuk Bangkitkan Ekonomi Wilayah Tengah Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Daffa Taqi Abiyyu, perwakilan Pemuda Poros Tengah. Dokumen untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wilayah Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara akan menjadi pusat pembangunan agroindustri di bawah program prioritas Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf (Mualem) dan H. Fadhlullah (Dekfadh), dalam Pilkada Aceh 2024.
Dengan semangat membawa kesejahteraan bagi masyarakat, pasangan calon ini memperkenalkan konsep agroindustri berbasis integrasi yang mencakup komoditas unggulan seperti kopi, nilam, dan jagung, yang diproyeksikan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, dan menggerakkan ekonomi lokal di kawasan tersebut.
Program strategis ini bertumpu pada pemanfaatan potensi lokal untuk mendorong sektor pertanian dan perkebunan yang selama ini menjadi andalan masyarakat di wilayah tengah Aceh.
Mualem-Dekfadh mengusulkan pembangunan agroindustri kopi di Bener Meriah dan Aceh Tengah, pengembangan agroindustri nilam di Gayo Lues, serta pembangunan agroindustri jagung di Aceh Tenggara.
Tidak hanya menyasar sektor pertanian, program ini juga menarik perhatian generasi muda di wilayah tengah Aceh.
Daffa Taqi Abiyyu, perwakilan Pemuda Poros Tengah, menilai program agroindustri berbasis integrasi yang diusung Mualem-Dekfadh ini sangat efektif dalam memanfaatkan sumber daya lokal dan membuka peluang inovasi bagi pemuda.
“Program agroindustri ini kami rasa cukup efektif dalam mengelola sumber daya dari sektor pertanian. Bagi anak muda, ini merupakan peluang untuk menghadirkan inovasi produksi berbasis kearifan lokal, dan tentunya ini juga peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kami sangat berharap program ini bisa terealisasi ketika nantinya Mualem-Dekfadh terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh,” ujar Daffa kepada Dialeksis.com, Senin, 21 Oktober 2024.
Wilayah tengah Aceh yang terkenal dengan kekayaan alamnya, terutama di sektor pertanian, sering kali menghadapi berbagai tantangan, mulai dari minimnya akses terhadap teknologi pertanian modern hingga kurangnya dukungan infrastruktur yang memadai untuk pengolahan hasil panen.
Program agroindustri yang diusung oleh Mualem-Dekfadh diharapkan bisa menjadi jawaban atas berbagai tantangan tersebut.
Agroindustri kopi di Bener Meriah dan Aceh Tengah, misalnya, diharapkan dapat mendorong petani untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi melalui program pelatihan dan teknologi pengolahan modern.
Di Gayo Lues, pengembangan agroindustri nilam ditargetkan untuk menghidupkan kembali kejayaan nilam sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.
Sedangkan, di Aceh Tenggara, agroindustri jagung akan menjadi prioritas dengan fokus pada pengolahan hasil pertanian jagung yang lebih modern dan berkelanjutan.
“Harapan kami, program ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga bisa mendorong transformasi ekonomi wilayah tengah Aceh dalam jangka panjang. Dengan adanya pengolahan di tempat, nilai tambah dari setiap produk akan meningkat, sehingga keuntungan bagi petani dan masyarakat sekitar akan lebih besar,," ujar Daffa.
Respon masyarakat terhadap program ini sangat positif. Banyak yang merasa bahwa program agroindustri berbasis integrasi ini merupakan jawaban atas kebutuhan petani dan pemuda di wilayah tengah Aceh.
Selain membuka lapangan kerja, program ini dinilai mampu meningkatkan pendapatan petani dengan cara mengolah hasil pertanian mereka secara lokal sebelum dipasarkan ke tingkat nasional maupun internasional.
“Program ini sangat berguna bagi masyarakat Aceh wilayah tengah, khususnya bagi petani dan pemuda. Kami berharap Mualem-Dekfadh terpilih agar program ini bisa segera terealisasi,” kata Daffa.
Dengan visi besar ini, pasangan Muzakir Manaf dan Fadhlullah tampak yakin bahwa program agroindustri berbasis integrasi yang mereka tawarkan akan menjadi penggerak utama ekonomi wilayah tengah Aceh.
"Program ini tidak hanya akan membawa perubahan signifikan bagi sektor pertanian, tetapi juga akan menjadi model pembangunan berkelanjutan yang dapat diadopsi di wilayah lain di Aceh," pungkasnya.