Senin, 19 Mei 2025
Beranda / Ekonomi / Kratom: Daun Surga Indonesia yang Menaklukkan Pasar Global Meski Penuh Kontroversi

Kratom: Daun Surga Indonesia yang Menaklukkan Pasar Global Meski Penuh Kontroversi

Minggu, 18 Mei 2025 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

 Mengulik Khasiat dan Risiko Tanaman Kratom yang Sedang Viral. Foto: Google/Orami.com


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Komoditas herbal asli Indonesia, daun kratom, kembali menjadi sorotan dunia berkat potensi ekonominya yang menjanjikan di pasar internasional. Dijuluki "daun surga" oleh masyarakat Amerika Serikat (AS), tanaman tropis ini digadang-gadang mampu meningkatkan energi, vitalitas, dan suasana hati, sehingga permintaannya melonjak di Negeri Paman Sam. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat, AS mengimpor 4.694 ton kratom dari Indonesia dengan nilai mencapai US$9,15 juta, menjadikannya pasar terbesar bagi ekspor komoditas ini.

Berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kratom (Mitragyna speciosa) merupakan tanaman asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Khasiatnya telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional, seperti meredakan nyeri, kecemasan, hingga membantu detoksifikasi pengguna opioid. Di pasar internasional, kratom yang diolah menjadi ekstrak bahkan dijual hingga US$6.000 per kilogram, menjadikannya komoditas bernilai tinggi.

Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan, DKI Jakarta menjadi penyumbang terbesar ekspor kratom Indonesia dengan kontribusi 60,75% (US$4,45 juta) dari total nilai ekspor. Disusul Kalimantan Barat dan Jawa Timur yang turut memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar global. 

"Hampir seluruh ekspor nasional ditopang oleh ketiga wilayah ini. Penguatan hilirisasi di daerah penghasil sangat krusial untuk menjaga keberlanjutan," papar sumber Kemendag.

Meski digandrungi di AS, status legalitas kratom masih abu-abu. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum memberikan izin penuh, meski produk turunannya tetap diburu masyarakat melalui platform online, minimarket, hingga toko serba ada. Industri kratom di AS sendiri telah mencapai nilai US$1 miliar. Sementara di Jepang dan Jerman, penggunaan kratom diizinkan secara terbatas, sedangkan India membuka pasar lebih longgar.

Di dalam negeri, kratom sempat kontroversial karena masuk daftar narkotika golongan 1. Namun, melalui kajian mendalam, pemerintah akhirnya merevisi statusnya. 

"Kini kratom telah memiliki payung hukum ekspor melalui Permendag Nomor 20 dan 21 Tahun 2024," tegas Menteri Perdagangan Budi Santoso.

Mendag Budi mengungkap, kratom kerap diolah menjadi teh atau sirup untuk meningkatkan stamina dan meredakan depresi. "Penggunaannya mayoritas untuk kesehatan, seperti diseduh layaknya teh herbal," jelasnya. 

Sayangnya, meski ekspornya dijamin regulasi, peredaran kratom di dalam negeri masih belum diatur. "Belum ada aturan khusus untuk pasar domestik. Saat ini fokus kami pada ekspor," tambah Budi.

Pemerintah Indonesia diharapkan dapat memperkuat kontrol kualitas dan diplomasi regulasi untuk memastikan kratom memenuhi standar global. Dengan permintaan yang terus meningkat, komoditas ini berpeluang menjadi primadona baru ekspor non-migas, asalkan didukung riset mendalam, sertifikasi internasional, serta sosialisasi manfaat dan risikonya secara transparan.

"Kratom adalah contoh nyata kekayaan biodiversitas Indonesia yang bisa bersaing di dunia. Tapi, kita harus tetap waspada dan bijak dalam pengelolaannya," pungkas Budi.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas