DIALEKSIS.COM | Jakarta - Indonesia jadi salah satu negara dengan sumber bambu terbesar di dunia, namun nilai ekonominya dinilai belum tergarap maksimal. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kini menyusun roadmap ekosistem industri bambu terintegrasi untuk mendorong hilirisasi dan peningkatan nilai tambah.
“Peta jalan ini mencakup penguatan pascapanen, pembentukan sentra bambu, pendirian Bamboo Academy, hingga pusat logistik bahan baku,” ujar Menperin Agus Gumiwang dalam pernyataan resmi yang diterima pada Minggu (23/11/2025).
Agus menyebut bambu berpotensi menjadi alternatif kayu karena kuat, lentur, mudah dibentuk, dan lebih cocok untuk wilayah rawan gempa. Permintaan global juga meningkat seiring tren furnitur ramah lingkungan.
Pasar Global Bambu dan Furnitur Ramah Lingkungan Melonjak
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyebut pertumbuhan permintaan dunia menjadi peluang besar. Riset Grand View Research memprediksi pasar furnitur ramah lingkungan naik dari USD43,26 miliar pada 2022 menjadi USD83,76 miliar pada 2030.
Sementara Market.us memperkirakan pasar produk bambu global tumbuh dari USD74 miliar di 2024 menjadi USD118,3 miliar pada 2034.
“Tren ini menandai pergeseran pasar yang memberi ruang besar bagi bambu menggantikan kayu, apalagi siklus panen bambu jauh lebih cepat dan tidak berkaitan dengan deforestasi,” kata Reni.
Tantangan: Teknologi Masih Sederhana, SDM Kurang Terlatih
Reni menilai tantangan terbesar datang dari kualitas bahan baku dan teknologi pengolahan yang masih tradisional. Keterampilan SDM dalam desain dan pengembangan produk global juga dinilai perlu ditingkatkan agar mampu bersaing dengan negara lain seperti China yang telah memiliki ekosistem bambu modern.
Karena itu, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Pengrajin Bambu Indonesia (YPBI) memberikan pelatihan teknis, termasuk penggunaan mesin, teknik pascapanen, hingga pelatihan keselamatan kerja.
Pelatihan berlangsung pada 20-23 Oktober 2025 di Kabupaten Bogor. Selain pelatihan, Kemenperin juga memberikan fasilitas berupa mesin potong, pembelah, press laminasi, hingga mesin planner.
Plt. Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi mengatakan peningkatan ini langsung berdampak pada kapasitas produksi. Bahkan, perajin telah mendapat sejumlah pesanan besar seperti plafon interior bambu untuk Employee Centre PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan produk bambu lainnya untuk pasar furnitur dan hunian. [red]