DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah ST meminta pihak Pertamina agar memberikan pengawasan ketat kepada semua agen dan pangkalan penyalur LPG. Hal itu agar penyaluran berjalan sesuai dan lancar, serta mampu menstabilkan harga kembali.
Irwansyah juga mendorong Pemko Banda Aceh ikut memperkuat pengawasan, melalui dinas terkait, camat hingga para keuchik. Mereka diminta agar memantau pola distribusi di pangkalan yang ada di setiap gampong.
Pada, Rabu (17/12/2025) malam, Irwansyah mengunjungi Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, guna memantau langsung proses pemuatan truk-truk skid tank LPG ke kapal pengangkut yang disewa oleh Pertamina.
Dalam kunjungan tersebut, Ketua DPRK turut didampingi Kepala Pelabuhan Ulee Lheue, Husaini serta pihak ASDP, Pertamina dan ESDM.
Dalam postingan instagramnya @irwansyah-_st2, Irwansyah terlihat bertemu dengan otoritas pelabuhan dan memantau langsung aktivitas para petugas di area dermaga sandar, baik yang di laut maupun di darat, yang tampak berjibaku dalam rantai distribusi LPG.
Ia memberikan apresiasi kepada Pertamina yang telah menambah kapal pengangkut truk skid tank LPG dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh. Sehingga suplai LPG akan semakin cepat.
Sebelumnya hanya terdapat 2 kapal pengangkut LPG yaitu KMP Wira Loewisa dan KMP Aceh Hebat 2. Dengan mengandalkan dua kapal, ternyata kelangkaan LPG di Banda Aceh belum dapat terurai dengan baik. Dampaknya sejumlah usaha kuliner ikut terganggu.
Akhirnya, sejak beberapa hari terakhir Pertamina kembali menambah satu kapal pengangkut lagi, yaitu KMP Samaeri yang kini juga melayani pengangkutan truk skid tank LPG, dari Lhokseumawe ke Banda Aceh.
Irwansyah menyebutkan, meskipun saat ini sudah ada tiga kapal, persoalan suplai LPG di lapangan belum sepenuhnya selesai.
“Lalu apa masalah suplai LPG sudah selesai? Tentu belum, tapi penambahan kapal jadi pintu masuk untuk mengurai masalah pokok, yaitu defisit stok, karena selama ini permintaan tinggi, tapi stok terbatas,” ujar Irwansyah.
Menurutnya, warga Banda Aceh dan sekitarnya masih kesulitan memperoleh tabung LPG dan harus mengantre panjang supaya untuk mendapatkan.
Kondisi ini berawal dari putusnya jalur darat Banda Aceh “ Lhokseumawe, sehingga distribusi LPG yang biasa di jalur darat ikut terputus. Sedangkan dengan padamnya listrik, ikut membuat permintaan meningkat, dan stok menipis.
“PR kita bersama saat ini adalah mengurai antrean, yang memang sudah menurun. Lalu stabilkan harga, khususnya yang non subsidi,”ujarnya.
Oleh karena itu, Irwansyah berharap Pertamina dapat menambah jumlah stok LPG yang disuplai untuk wilayah Banda Aceh dan beberapa kabupaten/kota lainnya, guna mengurai antrean di agen dan pangkalan. Melimpahnya stok, juga akan membuat harga akan kembali stabil.
Terkait LPG subsidi 3 kg atau tabung melon, Irwansyah mengusulkan agar Pertamina memperkuat peran pangkalan yang ada di gampong, serta melibatkan keuchik dan Polsek setempat saat penyaluran agar berjalan tertib.
Ia menegaskan pasokan LPG harus dilakukan secara berkelanjutan. Jika sebelumnya distribusi dilakukan dua pekan sekali, maka kini minimal harus dilakukan sepekan sekali dengan jumlah yang signifikan, yaitu
100 hingga 200 tabung, karena LPG subsidi memang sangat cepat habis.
Sementara itu untuk mengurai antrean LPG non subsidi seperti tabung 5,5 kg dan 12 kg, Irwansyah meminta Pertamina menambah jumlah pasokan. Karena tabung jenis ini banyak digunakan oleh rumah tangga non subsidi, serta pelaku usaha seperti warung kopi dan usaha kuliner.
Seiring bertambahnya jumlah kapal pengangkut, ia menyakini Pertamina akan mampu menambah stok.
Menurut politisi muda PKS ini, salah satu langkah efektif saat ini adalah menyalurkan LPG non subsidi ke kedai-kedai kelontong, swalayan dan minimarket yang selama ini menyediakan LPG, agar masyarakat lebih mudah mendapatkannya
“Dengan ketersediaan yang cukup, maka potensi penyelewengan dapat dicegah, karena barang mudah diakses oleh masyarakat,”tambahnya.
Saat ini masih ditemukan penjualan tabung LPG di luar pangkalan dan agen dengan harga yang jauh di atas ketentuan. Di beberapa penjual di luar agen/pangkalan, tabung LPG 3 KG dijual mencapai Rp 50 ribu, lalu tabung 5,5 kg mencapai Rp 220 ribu dari biasanya di ecean Rp 100 ribu, dan tabung 12 kg dijual antara Rp 350-400 ribu dari harga biasa Rp 195 ribu.
Terakhir, Irwansyah mengimbau dinas terkait untuk melakukan pengawasan distribusi LPG secara rutin dan aktif. Pengawasan yang ketat dinilai mampu meminimalisir kecurangan sehingga masyarakat serta pelaku usaha dapat kembali beraktivitas dan memperoleh LPG dengan mudah dan harga normal. (*)
