Harga Pangan di Bulan Maulid Naik Turun, Pedagang dan Konsumen Beradaptasi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Aktivitas jual beli di Pasar Al Mahirah, Lamdingin. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga bahan pangan di Pasar Al Mahirah, Lamdingin, selama perayaan bulan Maulid naik dan turun, hal ini mempengaruhi aktivitas jual beli.
Pedagang dan konsumen sama-sama merasakan dinamika harga yang terus berubah seiring meningkatnya permintaan.
Heri, seorang pedagang yang sudah bertahun-tahun berjualan di pasar tersebut, berbagi pengalamannya menghadapi perubahan harga pangan yang signifikan, terutama bahan pokok.
Heri menjelaskan bahwa harga bawang merah terpantau stabil di angka Rp30.000 per kilogram. Ia mengungkapkan bahwa harga ini sudah lebih rendah dibandingkan beberapa minggu lalu ketika harga sempat melonjak.
“Bawang merah masih di kisaran Rp30.000 per kilogram, ini cukup terjangkau karena beberapa waktu lalu sempat naik,” ujar Heri saat diwawancarai media dialeksis.com, Sabtu (5/10/2024).
Namun, tidak semua harga bahan pangan stabil. Harga telur ayam, misalnya, justru menunjukkan tren penurunan, dari Rp50.000 per papan menjadi Rp48.000.
Meski penurunan harga tidak terlalu signifikan, hal ini memberikan dampak positif bagi konsumen, khususnya di bulan Maulid, di mana telur sering digunakan dalam hidangan tradisional dan acara kenduri.
“Kebanyakan pembeli di bulan Maulid mencari telur untuk kenduri. Meski turun hanya sedikit, ini sudah cukup membantu mereka,” tambah Heri.
Selain itu, komoditas lain seperti tomat dan jeruk nipis juga menunjukkan stabilitas harga. Tomat tetap berada di harga Rp8.000 per kilogram, sementara jeruk nipis dihargai Rp14.000 per kilogram, harga yang dianggap wajar di tengah meningkatnya permintaan saat perayaan Maulid.
Namun, kenaikan harga terjadi pada bawang putih, yang kini mencapai Rp40.000 per kilogram. Heri menyebutkan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi, terutama selama bulan perayaan.
“Bawang putih memang sedikit lebih mahal sekarang, sekitar Rp40.000 per kilo. Ini karena permintaan meningkat, terutama di bulan Maulid,” jelasnya.
Meski beberapa harga bahan pokok mengalami kenaikan, Heri mengaku distribusi barang yang ia jual berjalan lancar.
Pasokan bahan pangan seperti bawang, telur, dan lainnya didatangkan dari Takengon dan Medan, dua daerah penghasil utama di Sumatra.
Ia bersyukur bahwa kondisi cuaca di daerah-daerah tersebut mendukung kelancaran distribusi barang.
“Alhamdulillah, distribusi barang lancar. Pasokan dari Takengon dan Medan tidak ada masalah. Jadi stok selalu tersedia,” ucapnya.
Menurut Heri, fluktuasi harga pangan di bulan Maulid tidak terlepas dari meningkatnya permintaan untuk keperluan kenduri dan perayaan.
Tradisi kenduri Maulid yang meriah di Aceh menyebabkan lonjakan permintaan terhadap bahan-bahan pokok seperti bawang, telur, dan cabai.
“Kebanyakan pembeli mencari bahan-bahan untuk kenduri Maulid. Misalnya bawang, cabai, telur, itu selalu laris di bulan-bulan ini. Meskipun ada beberapa yang naik, tetapi permintaan tetap tinggi,” tutupnya. [nh]