Beranda / Ekonomi / Harga Emas Meroket, Antam Tembus Rekor Baru

Harga Emas Meroket, Antam Tembus Rekor Baru

Jum`at, 21 Juni 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi kenaikan harga emas. Foto:  Shutterstock


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Harga emas global mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan Kamis, 20 Juni 2024, mencapai level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Lonjakan ini dipicu oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan, memicu spekulasi penurunan suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve).

Mengutip CNBC, Jumat, 21 Juni 2024, harga emas di pasar spot naik 1,33 persen menjadi US$ 2.358,26 per ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS meningkat 0,9 persen ke level US$ 2.369 per ounce.

Tren kenaikan ini juga berdampak pada harga emas di Indonesia. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat kenaikan harga emas 24 karat sebesar Rp 6.000 per gram pada Jumat, 21 Juni 2024. Harga emas Antam kini berada di level Rp 1.355.000 per gram.

"Kenaikan harga emas Antam dipicu oleh harga emas internasional," ujar Ricardo Evangelista, Analis Senior di ActivTrade, seperti dilansir Bloomberg News.

Untuk ukuran terkecil 0,5 gram, harga emas Antam hari ini dipatok Rp 727.500. Sementara itu, emas 10 gram dijual seharga Rp 13.045.000. Adapun untuk ukuran terbesar 1.000 gram (1 kg), harganya mencapai Rp 1.295.600.000.

Dalam sepekan terakhir, harga emas Antam bergerak di rentang Rp 1.333.000 hingga Rp 1.355.000 per gram. Sementara dalam sebulan terakhir, pergerakannya berada di kisaran Rp 1.325.000 hingga Rp 1.366.000 per gram.

Di sisi lain, harga buyback emas Antam justru mengalami penurunan Rp 6.000 per gram, menjadi Rp 1.233.000 per gram. Perlu diingat, sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34 Tahun 2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,9 persen. Namun, jika menyertakan NPWP, potongan pajak bisa turun menjadi 0,45 persen.

Dengan kenaikan dua hari berturut-turut ini, harga emas global telah bertambah 0,38 persen. Para analis memperkirakan tren kenaikan ini masih akan berlanjut seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan spekulasi kebijakan moneter AS.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda