Rabu, 21 Mei 2025
Beranda / Ekonomi / Harga Bahan Pokok Naik di Pasar Peunayong, Pedagang Keluhkan Sepinya Pembeli

Harga Bahan Pokok Naik di Pasar Peunayong, Pedagang Keluhkan Sepinya Pembeli

Selasa, 20 Mei 2025 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Muntaziruddin Sufiady Ridwan
Harga bahan pokok di Pasar Peunayong naik. Foto: Muntasir/Dialeksis

DIALEKSIS.COM Banda Aceh - Sejumlah harga bahan pokok di Pasar Peunayong, Banda Aceh, mengalami lonjakan dalam beberapa hari terakhir. Di tengah kenaikan itu, pedagang mengeluhkan kondisi pasar yang semakin sepi sejak pemindahan pusat aktivitas perdagangan ke Pasar Almahira, Lamdingin.

Kenaikan harga paling mencolok terjadi pada komoditas tomat dan cabai. Raudha, seorang pedagang bahan pokok, menyebut harga tomat kini mencapai Rp17.000 hingga Rp18.000 per kilogram. Padahal sebelumnya hanya Rp12.000.

“Tomat sekarang udah Rp17.000 sampai Rp18.000/Kg. Padahal kemarin masih Rp12.000. Cabai juga kadang naik Rp5.000 per hari,” ujar Raudha saat ditemui Dialeksis di kiosnya, Senin (20/5/2025).

Menurut Raudha, harga cabai dan tomat cenderung fluktuatif. “Kalau cabai rawit, hari ini bisa Rp40.000, besoknya Rp45.000. Tergantung kiriman dari Medan juga,” tambahnya.

Kondisi pasar yang lengang dinilai sebagai imbas dari pemindahan pedagang dari kawasan lama ke lokasi baru. Sejak relokasi, jumlah pembeli menurun drastis, terutama di siang hari.

“Dulu sebelum digusur, ramai kali. Sekarang udah kayak pasar kampung. Sepi kali siang-siang. Kalau malam lumayan rame, tapi tetap gak seperti dulu,” ujarnya.

Kenaikan harga bahan pokok turut memengaruhi daya beli konsumen. Banyak pembeli yang akhirnya hanya membeli dalam jumlah kecil karena harga dianggap terlalu tinggi.

“Sering ditanya, ‘Kok mahal sekali?’ Ya kami jawab, memang naik. Akhirnya orang beli se ons, se ons aja,” katanya.

Fluktuasi harga dan sepinya pembeli membuat pedagang rentan merugi. Komoditas seperti cabai dan tomat mudah membusuk jika tak segera laku, memaksa pedagang menjual di bawah harga modal.

“Kalau dua hari gak laku, busuk. Jual murah-murah, udah rugi,” keluhnya.

Raudha berharap kondisi pasar kembali normal dan pemerintah memberi perhatian lebih pada nasib pedagang kecil. “Yang penting rame lagi lah kayak dulu. Kalau enggak, kami susah juga,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
hardiknas