Minggu, 03 Agustus 2025
Beranda / Ekonomi / Harga Bahan Pokok di Aceh Utara Stabil, Sayangnya Daya Beli Menurun

Harga Bahan Pokok di Aceh Utara Stabil, Sayangnya Daya Beli Menurun

Sabtu, 02 Agustus 2025 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Suasana di Pasar Keude Amplah, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, Sabtu (2/8/2025). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Lhoksukon - Harga sejumlah bahan pokok di Pasar Keude Amplah, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara stabil.

Pantauan langsung media dialeksis.com, Sabtu (2/8/2025) di lapangan, harga bahan pokok di sejumlah kios pasar rakyat masih tergolong stabil.

Beras medium jenis Walet dijual Rp15.600 per kilogram, sementara beras super Rajawali masih bertahan di angka Rp16.150. Minyak goreng kemasan tetap di harga Rp22.000 per liter, gula pasir Rp18.000, bawang merah Rp50.000, telur ayam Rp18.000 perkilogram, dan cabai merah keriting Rp30.000 per kilogram. 

Hanya cabai rawit yang mengalami sedikit kenaikan, dari Rp25.000 menjadi Rp30.000 per kilogram dalam sepekan terakhir.

Namun, kestabilan harga ini tak berbanding lurus dengan geliat transaksi di pasar. Ayi, seorang pedagang sayur di Keude Amplah, mengaku omzetnya turun hampir 20 persen dibanding bulan lalu.

Hal ini menurutnya, daya beli masyarakat yang menurun drastis karena disebabkan oleh musim tanam padi yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

"Orang sekarang beli telur tiga atau empat butir. Banyak yang bilang, ‘Nanti dulu Kak, duit belum ada’. Memang musim tanam sekarang, mereka fokus di sawah, belum panen,” ujar Ayi saat ditemui di lapaknya, Sabtu (2/8/2025).

Ayi menjelaskan, sebagian besar konsumennya adalah petani yang menggantungkan penghasilan dari hasil panen padi.

 Saat musim tanam, arus uang cenderung tersendat. Mereka lebih sibuk mempersiapkan sawah dan bibit ketimbang berbelanja kebutuhan secara besar-besaran.

“Biasanya kalau udah panen, pasar ramai. Tapi sekarang, ya sepi. Barang ada, pembeli yang nggak ada,” tambahnya.

Sementara itu, sumber logistik kebutuhan pokok di pasar Nisam tidak sepenuhnya berasal dari wilayah Aceh Utara. Tomat dan cabai banyak dipasok dari luar daerah seperti Bireuen dan Pidie. Sementara minyak goreng dan gula sebagian besar berasal dari distributor di Lhokseumawe dan Medan.

Selain itu, menurut Ayi, efek musiman seperti tanam padi dan juga kondisi ekonomi rumah tangga yang semakin ketat turut berkontribusi menurunkan daya beli masyarakat.

Ia berharap kondisi ini tidak berlangsung lama. Musim tanam diperkirakan selesai dalam dua bulan ke depan, dan masyarakat bisa kembali berbelanja secara normal pasca panen.

“Semoga saja pas panen nanti ada perputaran uang. Kalau nggak, bisa lebih parah,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI