DIALEKSIS.COM | Yogyakarta - Pemerintah mendorong penguatan industri perkeretaapian nasional untuk menjawab lonjakan kebutuhan transportasi dan memperkuat daya saing produk lokal.
Tak hanya membidik pasar dalam negeri, Kementerian Perindustrian juga ingin agar produk kereta api buatan Indonesia mampu bersaing di pasar global yang nilainya ditaksir mencapai USD96,5 miliar (sekitar Rp1.500 triliun) pada 2030.
“Pertumbuhan kebutuhan kereta api terus naik. Mobilitas penumpang diprediksi tumbuh 10,6 persen per tahun dan angkutan barang 12,3 persen. Ini peluang besar untuk industri dalam negeri,” kata Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam FGD bertema "Potensi Pengembangan Komponen Kereta Api Dalam Negeri" di Yogyakarta.
Menurut Faisol, industri kereta api dalam negeri seperti PT Industri Kereta Api (INKA) sudah mampu memproduksi kereta berstandar internasional.
“INKA sudah hasilkan KRL, LRT, autonomous battery tram, sampai sistem propulsi hybrid. TKDN-nya sudah 40“60 persen,” ujarnya.
Namun, ia mengakui masih ada tantangan besar. Dua komponen utama, yaitu blok rem komposit dan roda kereta, masih banyak diimpor karena belum memenuhi standar internasional dan keterbatasan fasilitas pengujian di dalam negeri.
“Setiap tahun kita butuh lebih dari 200.000 blok rem komposit dan 30.000 roda kereta. Ini harus bisa diproduksi dalam negeri,” tegas Faisol.
Incar Pasar Ekspor dan Bangun Ekosistem Lokal
Faisol menyebut Indonesia harus ikut bersaing di pasar ekspor, apalagi Asia Pasifik merupakan pasar kereta api terbesar. “Indonesia punya peluang besar karena tren pertumbuhan transportasi rel yang positif,” kata dia.
Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Industri ini tidak bisa jalan sendiri. Pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi harus bersinergi. Kampus punya peran penting dalam riset dan inovasi,” tambahnya.
Di kesempatan yang sama, VP Technical Engineering Rollingstock PT KAI, Soegito, mengatakan pihaknya sudah menyusun strategi untuk mengurangi ketergantungan impor.
“Kami siapkan roadmap pengembangan komponen lokal. Ekosistem industri kereta harus sanggup produksi suku cadang dengan teknologi tinggi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan PT INKA Roppiq Lutzfi Azhar menyatakan INKA fokus membangun supply chain lokal yang kuat.
“Kami sedang kembangkan kemampuan desain dan perakitan lokal untuk sistem propulsi, bogie, dan carbody dari aluminium serta stainless steel. Tujuannya jelas: kurangi impor, tingkatkan daya saing,” jelasnya.
INKA juga mencatatkan prestasi ekspor ke sejumlah negara seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia. [red]