Rabu, 10 September 2025
Beranda / Ekonomi / Digital Marketing, Kunci UMKM Bertahan dan Berkembang di Aceh Tengah

Digital Marketing, Kunci UMKM Bertahan dan Berkembang di Aceh Tengah

Selasa, 09 September 2025 09:15 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

Pengrajin Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan kerawang Gayo. Foto: Rizkita/Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Takengon - Sebuah kesibukan rutin berlangsung di ruangan hangat di kota dataran tinggi yang sejuk, di Kampung Kerawang, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah, Senin (8/9/2025).

Tangan perempuan itu terampil menjahit beragam motif “Kerajinan Kain Bordir Kerawang Gayo”. Di sekelilingnya, beberapa karyawan lain bekerja dengan fokus. Suasana tenang namun penuh semangat kerja terasa di ruangan itu.

Pengrajin sedang membordir pesanan konsumen. Foto: Rizkita Gita

Ida Wati (52), seorang pengrajin Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan kerawang Gayo. Awal mula tertarik seni ukir dan bordir sejak dia duduk di bangku SMP dengan membantu orang tua. Dari itu wanita paruh baya itu mulai mendalami potensinya bahkan Ida memberanikan diri membuka usahanya sendiri pada 2013 silam.

Di toko miliknya, beragam kerajinan seperti tas, baju wanita dan laki- laki, peci bahkan keperluan pakaian prosesi adat di Tanah Gayo. Kini, permintaan akan produknya sudah di tingkat nasional bahkan ke negeri jiran Malaysia lewat promosi dari media sosial.

Berbagai Kerajinan Kain Bordir Kerawang Gayo. Foto: Rizkita/Dialeksis

“Harga paling murah gantungan kunci Rp10 ribu. Paling mahal itu perlengkapan pelaminan sampai Rp80 juta sudah siap pasang aja,” jelas Ida.

Untuk bahan baku pembuatan kerajinan biasanya diambil dari pengrajin di Kota Lhokseumawe sebagian dari lokal juga, tergantung kebutuhan setiap produk.

“Untuk kerangka dalam tas besar itu ‘kan keras bahannya. Itu tidak ada di kita harus pesan dari Lhokseumawe. Kalau bahan baju kain premium biasa kita juga pesan dari Lhokseumawe tergantung permintaan, jahit dan bordir di toko saya,” lanjutnya sembari memperlihatkan beberapa bahan kain.

Para pengrajin bordir kerawang mengapresiasi kebijakan Pemerintah Daerah Aceh Tengah, sebab menerapkan SDM pemerintah dan sekolah setiap hari tertentu mewajibkan gunakan baju yang bermotif adat gayo jadi pesanan jadi rutin.

“Kemeja baju laki- laki, peci dan baju wanita sangat laris, baju anak sekolah setiap tahunnya selalu membeludak pesanan.”

Menurut Ida, bertahan menjadi pengrajin tidaklah mudah, sebab harus mengikuti tren agar karyanya tetap disukai setiap generasi. Bermodalkan platform media sosial, dirinya bisa melihat model baju dan warna yang sedang tren.

“Jadi saya lihat tu di media sosial, perpaduan warna apa yang lagi viral. Nanti saya ikuti modelnya tapi tidak mengurangi motif dan makna adat Gayo. Apalagi baju cewek modelnya cepat berubah- ubah,” kata Ida.

Selain mengikuti tren, konsumen kini lebih banyak memesan motif yang simpel dengan warna-warna yang tidak mencolok. Ida juga tak ketinggalan tren. Bersama timnya, ia rutin membuat katalog sebagai sampel promosi.

Ida tak hanya aktif mengikuti pameran yang diadakan pemerintah, tapi juga rutin mengikuti pelatihan yang digelar pemerindah daerah dan Bank Indonesia. Baginya, meski sudah mahir, kualitas kerajinan tetap harus ditingkatkan agar bisa terus bersaing di pasar yang semakin berkembang.

“Walaupun kita sudah bisa tapi kita harus meng-upgrade hasil kerajinan kami juga. Karena itu penting dalam menjalankan bisnis, setiap ada kesempatan terus belajar,” tambah Ida.

Selama memiliki gerai sendiri, Ida telah mempekerjakan hingga 40 warga lokal. Namun, menurutnya, tak cukup hanya memberi pekerjaan. Ia juga membekali para pekerjanya dengan keterampilan berbisnis agar mereka bisa berkembang secara mandiri.

Sebab Aceh Tengah punya potensi ekonomi besar karena daerah wisata, banyak dikunjungi turis, jadi peluang usahanya terbuka lebar.

“Kalau sekarang pekerja 19 orang dari 40 orang. Saya bangga mereka sudah punya gerai sendiri,” rincinya.

Ida menyebutkan, produk-produk yang paling laris peci, dompet wanita, kain syal, dan baju kemeja yang digemari karena bisa dikenakan untuk aktivitas sehari-hari maupun acara formal.

Selain di toko, untuk pemasaran, Ida memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Facebook. "Konten-kontennya di-handle anak saya,” katanya bangga.

Tidak hanya kata- kata manis saja, bahkan salah satu kerajinan Karawang miliknya dikenakan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat pengibaran bendera merah putih memperingati hari kemerdekaan ke 80.

Baginya, teknologi menjadi kunci untuk menjangkau pasar muda. Ia ingin agar motif Kerawang tak hanya identik dengan acara resmi, tapi juga bisa dikenakan oleh generasi milenial dan Gen Z.

Tak hanya fokus pada bisnis pribadi, Ida juga berkontribusi untuk lingkungan. Ia mengajarkan warga sekitar agar bisa menghasilkan uang dari rumah. Menurutnya, mengembangkan bisnis kerajinan kerawang ini sangat penting mengikuti teknologi di era digital saat ini.

"Saya dari dulu ajarkan secara gratis jika ada orang benar-benar serius. Karena ini bagian mencari pahala juga dan juga demi perputaran ekonomi bagi masyarakat lokal.

Memanfaatkan Digitalisasi

Untuk memperluas jangkauan pasar, Ida Wati memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Mempermudah transaksi palaku usaha UMKM telah memanfaatkan pembayaran QRIS agar mudah, cepat, dan aman, sehingga mendukung perkembangan usaha.

Di tengah kota destinasi wisata, pengunjung kerap menggunakan Google Maps. Ida Wati juga tidak lupa mendaftarkan UMKM. Agar mudah dijangkau konsumen dalam sofenir kerawang miliknya. Hal ini juga dapat meningkatkan penjualan usaha lokal.

“Kita lihat zaman sudah canggih, pembayaran, mencari lokasi menggunakan kemajuan teknologi digital, jadi harus kami ikuti semua. Dalam bisni ini sangat penting.”

Peran Pemerintah

Pemerintah Aceh Tengah melalui Dinas Perdagangan mengoptimalkan fungsi sentra kerawang Gayo di Kecamatan Bebesen itu sebegai pusat pengembangan industri kerawang Gayo. Sentra ini digadang akan menjadi rumah atau kampung wirausaha bagi pelaku industri kecil menengah (IKM) serta bagian stategis agar produk UMKM naik kelas.

Dinas Perdagangan bahkan mengajak pelaku usaha agar mendaftar melalui Distem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang rencananya dalam tahun 2025 terealisasikan agar Kampung Kerawang Gayo ini menjadi khusus sentra kerawang Gayo.

Saat ini tercatat 60 pengrajin telah terdaftar ke sistem SIINas salah satunya milik usaha Ida Wati, dari total pengrajin kerawang 199 IKM. Bagi yang belum terdaftar tim terus melakukan sosialisasi untuk mengajar pelaku usaha agar terdata secara nasional.

“Kita berharap pelaku usaha ini terus mengikuti perkembangan zaman mulai dari sistem digitalisasi untuk pemasaran, Mengelola keuangan serta meningkatkan kualitas produk seperti model dan motif produk,” sebut Kabid Perindustrian Dinas Perdagangan Aceh Tengah, Arni Sari Lubis.

Pengamat ekonomi dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Dr Mariyudi, mengapresiasi sistem Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mendampingi UMKM di Aceh.

Menurutnya, kini Aceh Tengah semakin dikenal sebagai kota yang memanfaatkan teknologi digital, pelaku usaha sudah termasuk cepat berpartispasi memanfaatkan digitalisasi untuk promosi pemasaran melalui digital marketing. Respons cepat ini patut diapresiasi bahkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain.

Bahkan, kehadiran wisatawan mengandalkan teknologi untuk mencari informasi. Hal ini berdampak positif pada perputaran ekonomi daerah, otomatis juga membuka lapangan pekerjaan juga.

Bank Indonesia dan Pemerintah daerah sudah berupaya selama ini untuk mendorong UMKM di Aceh agar berkembang menggunakan digitalisasi, bahkan saat pelatihan diajarkan peserta membuatkan situs dan dibuatkan akun bertujuan memajukan UMKM.

Kegiatan ini tidak hanya untuk diikuti, tetapi juga diharapkan dapat dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat demi meningkatkan daya saing usaha lokal.

“Saya salah satu yang kerap menjadi pemateri di berbagai kegiatan, saya lihat kenerja Bank Indonesia dan Pemerintah sudah cukup baik bekerja mendampingi UMKM di Aceh,” ungkap Mariyudi.

Seharusnya upaya ini tidak hanya semata program formalitas tapi peserta juga bisa dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat demi meningkatkan UMKM Aceh dikenal hingga ke luar negeri. [RG]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
bpka - maulid
bpka