kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / WHO: Kasus Campak Meningkat Tahun 2018

WHO: Kasus Campak Meningkat Tahun 2018

Jum`at, 01 Maret 2019 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Palang Merah Filipina dan relawan Kementerian Kesehatan melakukan program vaksinasi campak dari rumah ke rumah di perkampungan di Manila, Filipina, 16 Februari 2019. (Foto: Anthony Lama)

DIALEKSIS.COM | Jenewa - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan wabah dan kematian akibat campak meningkat di seluruh dunia. WHO menyerukan aksi segera untuk menyudahi meluasnya penyakit yang sangat menular ini.

Campak adalah penyakit yang dapat dicegah. WHO mengatakan vaksin yang aman dan efektif sudah digunakan selama 50 tahun ini, telah melindungi miliaran anak-anak. Akan tetapi, Direktur WHO Urusan Imunisasi, Vaksin dan Biologis, Katherine O'Brien mengatakan kemajuan yang sudah dicapai kini terancam karena ketidakberhasilan memvaksinasi banyak anak-anak di seluruh dunia.

"Campak adalah salah satu virus yang paling menular. Untuk setiap kasus campak yang muncul di lingkungan warga yang tidak diimunisasi, akan muncul 9-10 kasus tambahan akibat tertular," kata Katherine.

Katherine O'Brien mencatat orang dapat tertular campak tanpa perlu melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

WHO mengatakan ada 229.000 kasus campak yang dilaporkan di seluruh dunia pada 2018 lalu. Tetapi jumlah itu kurang dari 10 persen dari kasus yang sebenarnya terjadi. Jadi, sesungguhnya ada jutaan kasus campak yang tidak dilaporkan.

Afrika adalah salah satu lokasi penularan campak terburuk di kawasan. Katrina Kertsinger, pejabat WHO dalam Program Perluasan Imunisasi mengatakan ada wabah campak dengan tingkat bervariasi di seluruh negara di kawasan itu.

"Sejak 2018 hingga sekarang sedang terjadi campak di Madagaskar. Ada lebih dari 66.000 kasus dilaporkan di negara itu saja. Saya sendiri sempat ke Madagaskar beberapa minggu lalu. Sebagai dokter, saya dapat mengatakan betapa pilunya melihat masih terus terjadinya wabah, padahal hal itu dapat dicegah," papar Kertsinger.

WHO mengatakan banyak anak di negara-negara miskin yang belum divaksinasi karena tinggal di daerah yang terpinggirkan dimana klinik kesehatan sulit dicapai.

Sementara di negara-negara yang lebih kaya, orang tua kadang-kadang memilih untuk tidak memperbolehkan anak mereka diimunisasi karena klaim palsu bahwa vaksin itu berbahaya. (em/voa Indonesia)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda