Vladimir Putin Dituding Manfaatkan Piala Dunia 2018 Untuk Propaganda
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | London - Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, kembali menyerang Presiden Rusia Vladimir Putin. Mantan Wali Kota London itu mencurigai Putin akan menggunakan ajang Piala Dunia 2018 seperti halnya Adolf Hitler ketika memanfaatkan Olimpiade 1936 di Berlin.
Kepada parlemen, Johnson sepakat dengan ucapan legislator dari Partai Buruh, Ian Austin, yang menyatakan bahwa Hitler menggunakan Olimpiade 1936 sebagai kendaraan propaganda. Pria eksentrik itu yakin Vladimir Putin juga akan melakukan hal serupa.
"Karakterisasi mengenai apa yang akan terjadi di Moskow selama Piala Dunia, di seluruh venue, saya pikir perbandingan dengan (Olimpiade) 1936 sudah tepat," ucap Boris Johnson, dinukil dari ABC Net, Kamis (22/3).
"Saya pikir itu prospek yang memilukan, terus terang, melihat Putin akan membangga-banggakan ajang olahraga ini," imbuh pria yang akrab disapa Bo-Jo itu.
Entah berdampak atau tidak, sejauh ini baru terdapat 24 ribu aplikasi dari warga Inggris yang ingin datang ke Piala Dunia di Rusia pada Juni-Juli mendatang. Angka itu sangat jauh dibandingkan dengan aplikasi serupa menjelang Piala Dunia 2014 di Brasil yang mencapai 94 ribu orang.
"Angka itu turun drastis tetapi bukan berarti kita tidak khawatir dengan bagaimana perlakuan terhadap warga Inggris kelak," tutup Boris Johnson.
Komentar tersebut langsung ditanggapi dengan sinis oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. Ia yakin Boris Johnson sudah diracuni dengan kebencian, menunjukkan sikap tidak profesional, dan kasar.
"Mengerikan mengingat orang ini mewakili kepemimpinan politik negara yang memiliki kekuatan nuklir. Pernyataan itu tidak bisa diterima, tidak seharusnya meluncur dari diplomat top Eropa. Itu menunjukkan upaya London untuk memusuhi Rusia dengan menggunakan alasan absurd, demi memboikot Piala Dunia," tulis Zakharova di akun Facebook.
Perang kata-kata antara Inggris dengan Rusia terjadi semenjak insiden peracunan Sergei Skripal, mantan mata-mata Negeri Beruang Merah, dan putrinya Yulia di Salisbury pada 4 Maret.
Inggris menuduh pemerintah Rusia mendukung peracunan tersebut karena zat yang digunakan adalah Novichok, racun tingkat militer yang dikembangkan oleh Uni Soviet. (Okezone)