Vietnam Nol Persen Kematian Corona, Ini Kata WHO
Font: Ukuran: - +
Foto: vnexpress.net
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Vietnam terbilang sukses dalam menangani penyebaran wabah virus corona (COVID-19) yang telah menjadi mimpi buruk di banyak negara barat seperti Italia, Spanyol dan Amerika Serikat (AS). Ini terbukti dari sedikitnya jumlah kasus corona di negara ini, yaitu hanya 262 kasus yang telah dikonfirmasi sejauh ini.
Dari total kasus, sebanyak 144 di antaranya telah sembuh dan tidak ada kematian sama sekali.
Menurut laporan, ada banyak upaya yang dilakukan pemerintah Vietnam untuk mencegah penyebaran di negara itu, termasuk melakukan karantina dan tes massal. Dari laporan statistik resmi, saat ini ada lebih dari 75.000 orang yang dikarantina atau diisolasi di Vietnam. Negara tetangga dekat China, pusat wabah tersebut, sejauh ini telah melakukan lebih dari 121.000 tes.
Selain melakukan tes massal dan karantina, ada banyak upaya lain yang dilakukan pemerintah Vietnam untuk menekan kasus. Salah satunya yaitu mempersiapkan penanganan jauh sebelum wabah memasuki negara itu. Hal ini pun menuai pujian dari banyak pihak. Termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Vietnam merespons wabah ini secara dini dan proaktif. Latihan penilaian risiko pertama dilakukan pada awal Januari, segera setelah kasus-kasus di China mulai dilaporkan," kata Kidong Park, perwakilan WHO untuk Vietnam.
"Negara dengan cepat membentuk Komite Pengarah Nasional untuk Pencegahan dan Kontrol COVID-19 di bawah naungan wakil perdana menteri yang segera mengimplementasikan rencana respons nasional," tambah Park, mengutip South China Morning Post.
Saat mulai melaporkan kasus dan jumlahnya masih sedikit, Vietnam telah langsung menerapkan karantina massal (lockdown) nasional untuk mencegah krisis nasional akibat COVID-19. Bukan menerapkan lockdown untuk menahan penyebaran saat kasus sudah membludak, seperti yang banyak dilakukan negara lainnya di dunia.
Sebelumnya, sekolah-sekolah di Vietnam juga telah ditutup sejak Januari. Semua pendatang dari negara-negara terdampak juga langsung dimasukkan ke dalam karantina wajib di kamp-kamp besar bergaya militer. Setidaknya sudah ada puluhan ribu orang pendatang yang dikarantina di Vietnam.
Bahkan, negara ini juga menerapkan karantina bagi siapa pun yang meninggalkan Hanoi, pusat penyebaran wabah di Vietnam, jika mereka memasuki provinsi lain.
Pada 25 Maret, penerbangan internasional di negara itu juga diberhentikan seluruhnya. Sebagian besar penerbangan domestik, kereta api dan bus telah dihentikan. Hingga saat ini, belum ada pelonggaran pembatasan diumumkan.
"Vietnam belum mengalami penyebaran komunitas yang besar sejauh ini, sehingga lansia yang terinfeksi hanya sedikit," kata Nguyen Huy Nga, mantan direktur Departemen Kedokteran Pencegahan di kementerian kesehatan Vietnam.
"Pasien kami sedikit sehingga kami memiliki semua fasilitas, obat-obatan dan dokter untuk merawat mereka. Selain itu, kami memiliki pengalaman dalam mengembangkan rejimen pengobatan penyakit," tambahnya.
Selain upaya-upaya tersebut, pemerintah Vietnam juga terbilang sangat tegas dalam menekan penyebaran. Misalnya pemerintah di Kota Ho Chi Minh disebut memiliki ancaman hingga 12 tahun penjara bagi mereka yang menolak memakai masker wajah dan terbukti menginfeksi orang lain dengan penyakit berbahaya.
Pada 10 Maret, seorang pria Vietnam dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara karena secara agresif menolak mengenakan masker wajah. (Im/CNBCIndonesia)