Uranium dalam Kargo Picu Peringatan di Bandara Heathrow
Font: Ukuran: - +
Bandara Heathrow, London. [Foto: accountancydaily.co]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Polisi sedang menyelidiki setelah logam yang terkontaminasi uranium ditemukan di Bandara Heathrow London bulan lalu.
Petugas Komando Anti Terorisme Metro menanggapi peringatan keamanan yang dipicu pada 29 Desember 2022.
The Sun, yang pertama kali melaporkan berita itu, mengatakan uranium itu berasal dari Pakistan. Polisi mengatakan tidak ada ancaman bagi publik.
Itu ditemukan dalam pengiriman besi tua, kata seorang sumber.
Polisi Metro mengatakan, pihaknya mengonfirmasi petugas dari Komando Kontra Terorisme telah dihubungi oleh rekan-rekan Pasukan Perbatasan di Heathrow setelah sejumlah kecil bahan yang terkontaminasi diidentifikasi setelah pemeriksaan rutin dalam paket yang masuk ke Inggris.
Komandan Richard Smith dari pasukan kontra terorisme secara terpisah mengatakan kepada BBC, meskipun penyelidikan masih berlangsung, sejauh ini, tampaknya tidak terkait dengan ancaman langsung.
"Namun, seperti yang diharapkan publik, kami akan terus menindaklanjuti semua jalur penyelidikan yang tersedia untuk memastikan ini benar-benar terjadi," ucap Smith.
Sebagai informasi, Uranium merupakan unsur yang terjadi secara alami. Itu dapat memiliki kegunaan terkait nuklir setelah disempurnakan, atau diperkaya. Ini dicapai dengan penggunaan sentrifugal, mesin yang berputar dengan kecepatan supersonik.
Uranium yang diperkaya rendah dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir komersial.
Uranium yang diperkaya tinggi memiliki kemurnian 20% atau lebih dan digunakan dalam reaktor riset. Uranium tingkat senjata diperkaya 90% atau lebih. [BBC]
- Oleh-oleh Khas Candra dari Inggris, Pulang Kampung Bawa Calon Investor ke Sabang
- Tahun 2023 Kim Jong Un Perintahkan Militer Korut Perbanyak Buat Rudal dan Nuklir
- Tahun 2023, Kim Jong-un Beberkan Rencana Baru Tingkatkan Kekuatan Militer Korea Utara
- Putin Ancam Akan Lenyapkan Negara yang Berani Serang Rusia Pakai Nuklir