DIALEKSIS.COM | Palestina - Seorang bayi Palestina meninggal dunia akibat kedinginan di Jalur Gaza, menurut pihak berwenang setempat, sementara Israel terus membatasi masuknya perlengkapan tempat tinggal dan bantuan kemanusiaan lainnya ke wilayah tersebut meskipun kondisi musim dingin di sana sangat keras.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan pada hari Selasa (16/12/2025) bahwa bayi berusia dua minggu, Mohammed Khalil Abu al-Khair, meninggal sehari sebelumnya setelah mencari perawatan karena hipotermia parah, yang disebabkan oleh cuaca dingin ekstrem yang melanda Gaza.
Perang Israel selama dua tahun telah menghancurkan lebih dari 80 persen bangunan di Gaza, memaksa ratusan ribu keluarga untuk berlindung di tenda-tenda rapuh atau tempat penampungan darurat yang penuh sesak.
Badai besar yang baru-baru ini melanda Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 11 orang karena hujan deras dan angin kencang membanjiri tenda dan menyebabkan bangunan yang rusak runtuh.
Kelompok-kelompok kemanusiaan telah mendesak Israel untuk mengizinkan pengiriman bantuan tanpa hambatan ke Gaza.
Namun, badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, yang menurut PBB paling tepat untuk mendistribusikan pasokan di wilayah tersebut, mengatakan pemerintah Israel telah menghalangi mereka untuk membawa bantuan langsung ke Gaza.
“Dilaporkan ada korban jiwa akibat runtuhnya bangunan yang rusak tempat keluarga-keluarga berlindung. Anak-anak dilaporkan meninggal karena kedinginan,” kata UNRWA dalam unggahan media sosial pada hari Selasa.
“Ini harus dihentikan. Bantuan harus diizinkan masuk dalam skala besar, sekarang juga.”
Hamas mengecam pelanggaran gencatan senjata Israel
Sementara itu, Hamas mengutuk Israel atas pelanggaran berulang-ulang terhadap kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada bulan Oktober.
Setidaknya 393 warga Palestina tewas dan 1.074 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak hari pertama gencatan senjata pada 11 Oktober, menurut angka terbaru dari Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
Militer Israel juga menewaskan seorang pemimpin senior Hamas, Raed Saad, dalam serangan yang ditargetkan pada sebuah kendaraan di Gaza barat pada hari Sabtu, yang semakin memperburuk gencatan senjata yang rapuh.
Pada hari Selasa, pemimpin Hamas Ghazi Hamad menuduh Israel “memanipulasi” teks perjanjian yang ditengahi AS tersebut.
“Kami ingin menegaskan dengan sangat jelas: perjanjian gencatan senjata itu lugas, terperinci, dan tidak ambigu. Namun, jelas bahwa pendudukan Israel telah memutarbalikkan teks tersebut, memanipulasi dan melanggar setiap pasalnya,” kata Hamad.
“Sejak hari pertama, Hamas sepenuhnya mematuhi perjanjian dan menghormati komitmennya. Sebaliknya, Israel dengan sengaja melakukan beberapa pelanggaran sistematis dan terencana.” [Aljazeera]