TV Rusia, Siarkan Peluncuran Simulasi Nuklir Bawah Laut, Mampu Lenyapkan Inggris
Font: Ukuran: - +
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
DIALEKSIS.COM | Dunia - Stasiun televisi (TV) pemerintah Rusia menyiarkan video simulasi dari serangan drone nuklir bawah laut melenyapkan wilayah Inggris dari peta dunia.
Tayangan itu disertai desakan penyiarnya, Dmitry Kiselyov, agar Presiden Vladimir Putin melakukannya. Berbicara di Rossiya-1 atau Russia-1, Kiselyov—yang dikenal sebagai kepala propaganda Putin—mengatakan; "Bom bawah air bisa meningkatkan gelombang raksasa, tsunami, hingga setinggi 500 meter." Drone nuklir bawah laut itu dikenal sebagai Poseidon.
Menurut siaran televisi tersebut, jika Rusia meledakkan senjata semacam itu, itu bisa menciptakan gelombang pasang yang hampir mencapai Scafell Pike—gunung tertinggi di Inggris—dan penuh dengan bahan radioaktif yang akan mengubah Inggris menjadi "gurun radioaktif".
Ancaman ini muncul setelah Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dituduh media tersebut telah menyarankan agar Inggris menggunakan senjata nuklir untuk melawan Rusia tanpa berkonsultasi dengan NATO terlebih dahulu.
Kantor PM Inggris atau Downing Street telah mengecam tuduhan itu sebagai klaim "tidak berdasar" dan menyebutnya sebagai contoh lain dari disinformasi yang dijajakan oleh Kremlin.
Kiselyov mengeklaim bahwa Inggris, yang—bersama banyak negara lain—telah memasok senjata dan bantuan ke Ukraina, tidak mungkin bisa menandingi Rusia dalam perang nuklir.
"Dan apa yang akan terjadi setelah kata-kata Boris Johnson tentang 'serangan balasan di Rusia'?" katanya.
“Mengapa mereka mengancam Rusia yang luas dengan senjata nuklir sementara mereka hanya sebuah pulau kecil? Pulau ini sangat kecil sehingga satu rudal Sarmat cukup untuk menenggelamkannya sekali dan untuk selamanya," ujarnya, merujuk pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-28 Sarmat atau rudal Setan II yang bisa membawa 15 hulu ledak nuklir dalam sekali tembak.
"Rudal Rusia Sarmat [alias Setan-2], dunia yang paling kuat...mampu...menghancurkan area seukuran Texas atau Inggris. Satu peluncuran, Boris, dan tidak ada Inggris lagi," paparnya.
Kiselyov menambahkan: “Pilihan lain untuk menjerumuskan Inggris ke kedalaman laut adalah drone robot bawah laut Rusia, Poseidon."
“Ini mendekati target pada kedalaman satu kilometer dengan kecepatan 200 kilometer per jam [125 mph]. Tidak ada cara untuk menghentikan drone bawah air ini. Ia memiliki hulu ledak dengan kapasitas hingga 100 megaton," paparnya.
“Ledakan torpedo termonuklir yang dekat dengan pantai Inggris ini akan menimbulkan gelombang raksasa, tsunami, setinggi 500 meter," imbuh dia.
"Gelombang pasang ini juga merupakan pembawa radiasi dosis sangat tinggi. Bergelombang di Inggris, itu akan mengubah apa yang mungkin tersisa dari mereka menjadi gurun radioaktif. Tidak dapat digunakan secara permanen untuk apa pun," sambung Kiselyov.
“Bagaimana Anda menyukai prospek ini? Dan Putin memperingatkan tentang hal ini, pada 24 Februari [jika ada yang mengganggu operasi militer khususnya].”
Senjata Poseidon telah dikembangkan selama beberapa tahun sekarang, dengan Putin mengklaim pada 2019 bahwa "pekerjaan berjalan sesuai rencana".
Dmitry Rogozin, Kepala Roscosmos—badan antariksa Rusia—juga menggemakan ancaman nuklir, dengan menyatakan: “Boris, jika 'Sarmat' digunakan, tidak seorang pun dari Anda akan 'berkonsultasi satu sama lain'."
"Dan tidak akan ada yang menata rambut Anda, Tuan Perdana Menteri," ujarnya, yang dilansir LAD Bible, Selasa (3/5/2022) [sindonews.com].