kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Turki 'Siap' Meluncurkan SPV Dengan Iran Untuk Memotong Sanksi AS

Turki 'Siap' Meluncurkan SPV Dengan Iran Untuk Memotong Sanksi AS

Jum`at, 15 Februari 2019 22:20 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Al Jazeera

DIALEKSIS.COM | Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan bahwa Ankara "siap" untuk membangun mekanisme perdagangannya sendiri dengan Iran, memungkinkan perusahaan-perusahaan dari dua negara tetangga untuk terus melakukan bisnis "sah" di tengah sanksi sanksi AS.

Erdogan membuat pernyataan pada hari Kamis saat pertemuan bilateral dengan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela pembicaraan tiga pihak tentang Suriah di kota peristirahatan Sochi di Rusia, menurut kantor berita Mehr Iran.

"Turki siap untuk bergabung dengan SPV (Special Purpose Vehicle) dan menciptakan mekanisme bilateral serupa untuk kerja sama perdagangan dengan Iran," katanya, merujuk pada INSTEX (Instrumen dalam Mendukung Pertukaran Perdagangan), sebuah badan baru yang dibentuk oleh Uni Eropa yang memproses pembayaran di luar lembaga perbankan reguler.

"Kerja sama multilateral dengan Iran mengenai berbagai masalah telah memiliki pencapaian positif dan Turki siap untuk memperluas kerja sama ini ke negara-negara lain di kawasan itu," tambah Erdogan.

Tidak ada tanggal spesifik yang diumumkan ketika SPV Turki akan diatur.

Rouhani mengatakan bahwa Teheran berharap "rintangan" dihilangkan sehingga kedua negara akan dapat memperkuat kerja sama bilateral.

Kerjasama di sektor swasta juga "sangat baik", Rouhani menambahkan bahwa "memperdalam transaksi perbankan merupakan prasyarat untuk pengembangan ikatan ini".

Dia menambahkan bahwa Teheran siap untuk mengembangkan hubungan dengan Ankara pada energi, industri dan transportasi.

"Sangat penting bahwa otoritas komisi gabungan kerja sama mempercepat proses penerapan perjanjian ini," kata Rouhani.

Awal bulan ini, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh dikutip mengatakan bahwa Turki adalah satu-satunya negara di Eropa yang tidak berhenti membeli minyak Iran sejak diberlakukannya kembali sanksi AS menurut kantor berita ISNA Iran.

Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran, termasuk pada perdagangan minyak dan transaksi perbankan.

Pemerintahan Trump telah memperingatkan negara-negara lain untuk mematuhi sanksi sepihak, atau perusahaannya dapat menghadapi kemungkinan hukuman.

Pengumuman Erdogan pada hari Kamis berisiko merusak hubungan Turki dengan AS, yang telah menekan negara-negara lain untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Iran.

Sementara itu, Erdogan dan Rouhani juga membahas masalah keamanan di kawasan itu, dengan pemimpin Turki bersumpah untuk melanjutkan "kerja sama bilateral dan regional dengan Iran melawan terorisme".

Erdogan juga mengutuk serangan bom bunuh diri di Iran tenggara yang menewaskan 27 anggota Garda Revolusi.

Rouhani menjawab dengan mengatakan "sangat disayangkan" bahwa kelompok-kelompok bersenjata terus beroperasi di kawasan itu dengan dukungan "kekuatan asing, terutama oleh Amerika Serikat".

Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda