Selasa, 23 Desember 2025
Beranda / Berita / Dunia / Teluk Thailand Memanas, Bangkok Hentikan Pasokan ke Kamboja

Teluk Thailand Memanas, Bangkok Hentikan Pasokan ke Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi konflik Thailand dan Kamboja. Foto: Shutterstock


DIALEKSIS.COM | Bangkok - Angkatan Laut Kerajaan Thailand yang mendapat pelatihan dari Amerika Serikat bersiap melakukan operasi besar di Teluk Thailand untuk menghentikan seluruh kapal Thailand yang diduga mengangkut bahan bakar dan perlengkapan militer ke Kamboja. Langkah ini menandai penggunaan besar pertama kekuatan laut berartileri dalam konflik perbatasan Thailand–Kamboja yang telah berlangsung selama lima bulan.


Operasi tersebut difokuskan di perairan strategis Teluk Thailand, wilayah yang juga kerap digunakan Armada Ketujuh Amerika Serikat saat kapal induk dan armada pendukung berlabuh di Pelabuhan Sattahip, dekat Bangkok. Pelabuhan itu merupakan markas Komando Area Angkatan Laut Pertama Thailand yang bertanggung jawab atas keamanan teluk yang sarat kepentingan ekonomi dan militer, mulai dari pulau-pulau berpenghuni, fasilitas angkatan laut, hingga anjungan minyak dan gas.


Angkatan Laut Thailand menyatakan tidak hanya akan mencegat kapal penangkap ikan dan kapal komersial berbendera Thailand, tetapi juga kapal milik perusahaan Thailand yang beroperasi menggunakan bendera dan registrasi asing apabila dicurigai membawa bahan bakar, senjata, amunisi, atau perlengkapan militer lain menuju pantai selatan Kamboja.


Pemerintah Thailand memperingatkan bahwa perusahaan pelayaran, pemilik kapal, pemasok logistik, hingga penyedia perbekalan yang terlibat dalam pelanggaran kebijakan tersebut akan dimintai pertanggungjawaban hukum. Angkatan Laut juga menetapkan sebagian wilayah timur laut Teluk Thailand sebagai ā€œzona berisiko tinggiā€, khususnya di sekitar kota-kota pesisir dan pelabuhan di Kamboja selatan yang dikenal rawan aktivitas penyelundupan, perdagangan manusia, serta perlintasan ilegal.


Di tengah meningkatnya tensi, laporan media Thailand menyebut Kamboja diduga mengerahkan drone terbang rendah yang berpotensi mengganggu atau menyerang anjungan minyak di Teluk Thailand, termasuk milik PTTEP, perusahaan energi milik negara Thailand. Seorang sumber industri mengatakan kepada Asia Times bahwa anjungan Chevron juga melaporkan aktivitas drone di atas aset mereka. Menyikapi hal itu, Angkatan Laut Thailand telah mengerahkan helikopter dan kapal patroli untuk mengamankan fasilitas energi strategis tersebut.


Juru bicara Angkatan Laut Thailand, Kapten Nara Khunthothom, menegaskan penetapan zona berisiko tinggi bukan merupakan blokade atau penutupan Teluk Thailand. ā€œOperasi ini terkait konflik bilateral Thailand dan Kamboja dan tidak boleh berdampak pada negara ketiga. Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memutus pasokan logistik militer,ā€ ujarnya.


Menteri Pertahanan Thailand Jenderal Nattaphon Narkphanich menambahkan bahwa langkah tersebut ditempuh sebagai pendekatan damai untuk membatasi kemampuan Kamboja dalam melancarkan aksi militer. Ia menyebut lebih dari 10.000 kapal penangkap ikan beroperasi di perairan dangkal Teluk Thailand, sehingga pengawasan dilakukan secara ketat dan terkoordinasi melalui Pusat Komando Penegakan Maritim Thailand (Thai-MECC).


Juru bicara Thai-MECC, Laksamana Jumbol Nakbua, menjelaskan pencegahan mencakup pengawasan kargo, termasuk transfer muatan di tengah laut serta aktivitas bongkar muat di darat. Sejumlah pakar teknologi, peneliti militer, dan analis perkapalan Thailand bahkan turut melacak pergerakan kapal-kapal mencurigakan menggunakan platform pelacakan maritim daring.


Teluk Thailand sendiri merupakan kawasan vital dengan luas sekitar 123.000 kilometer persegi dan berbatasan dengan Thailand, Kamboja, Vietnam, serta Malaysia. Namun, operasi pencegahan Thailand diperkirakan menghadapi tantangan karena sengketa batas maritim kedua negara, terutama di sekitar zona minyak dan gas bawah laut yang bernilai strategis.


Di sisi lain, dinamika geopolitik ikut membayangi konflik ini. Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja, yang dibiayai dan dikembangkan China, menjadi perhatian Washington karena dinilai berpotensi digunakan Beijing sebagai pijakan strategis di Asia Tenggara. Meski Kamboja menegaskan pangkalan tersebut terbuka bagi pelayaran internasional, kekhawatiran AS tetap menguat di tengah persaingan kekuatan besar di kawasan.


Konflik perbatasan Thailand–Kamboja kini tidak hanya berimplikasi pada stabilitas regional, tetapi juga berpotensi meluas menjadi bagian dari tarik-menarik geopolitik antara Amerika Serikat dan China di Asia Tenggara.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI