Beranda / Berita / Dunia / Taliban Lanjutkan Serangan, Perundingan Perdamaian Masih Berlangsung

Taliban Lanjutkan Serangan, Perundingan Perdamaian Masih Berlangsung

Kamis, 17 September 2020 09:23 WIB

Font: Ukuran: - +

Abdullah Abdullah (tengah) memimpin delegasi pemerintah Afghanistan dalam perundingan perdamaian dengan kelompok Taliban di Doha, Qatar (12/9/2020). (Foto: AFP)


DIALEKSIS.COM | Afganistan - Sejumlah serangan Taliban di tiga provinsi Afghanistan utara sejak Selasa menewaskan sedikitnya 17 orang, termasuk enam warga sipil, dan melukai puluhan lainnya bahkan ketika tim politik Taliban sedang merundingkan perdamaian dengan perwakilan pemerintah Afghanistan di Doha, Qatar.

Menurut pejabat lokal, pejuang Taliban menarget pos pemeriksaan keamanan atau pos terdepan milisi anti-Taliban setempat yang beroperasi dengan dukungan pemerintah.

Di provinsi Balkh, kepala distrik Char Kent, Salima Mazari, mengkonfirmasi dua serangan Taliban yang terpisah, satu di pos terdepan pasukan setempat dan yang lainnya di dekat pusat distrik itu. Ia mengatakan tiga anggota Taliban dan enam warga sipil tewas dan banyak lainnya mengalami luka-luka. Serangan ini merupakan tambahan dari serangan ketiga, sehari sebelumnya yang menewaskan dua personel keamanan.

Di provinsi Kunduz di dekatnya, menurut Esmatullah Muradi, juru bicara gubernur provinsi, serangan Taliban menewaskan enam personel keamanan. Ketua dewan provinsi, Mohammad Yosouf Ayubi, mengatakan jumlah korban tewas lebih banyak lagi.

Sementara itu di provinsi Takhar, dua warga sipil tewas dan 12 luka-luka akibat ledakan yang disebabkan alat peledak rakitan. Polisi mengatakan perangkat itu disembunyikan di sepeda motor.

Rangkaian kekerasan itu menyertai perundingan perdamaian bersejarah yang dimulai Sabtu di Doha. Kedua belah pihak mengakui bahwa mengakhiri konflik selama empat dekade akan sulit dan membutuhkan kesabaran.

Menyambut dimulainya negosiasi itu, Zalmay Khalilzad, seorang pejabat senior Amerika yang berperan penting dalam membawa Taliban untuk menandatangani kesepakatan dengan AS pada Februari lalu, mengingatkan kedua belah pihak bahwa mereka harus berkompromi dan berbagi kekuasaan untuk mencapai penyelesaian solusi yang langgeng.

“Sejarah Afghanistan baru-baru ini menunjukkan menuntut monopoli kekuasaan dan memaksakan ideologi menyebabkan konflik dan membuat negara rentan terhadap campur tangan orang lain,” cuit Khalilzad.

Tim Afghanistan maupun Taliban Rabu mengindikasikan proses negosiasi sedang berlangsung, dan kedua belah pihak telah menyetujui masalah prosedural.

Kedua belah pihak berbagi rincian yang sama dari pertemuan hari Selasa dengan media, yang menunjukkan upaya kemajuan dan meminimalkan diskusi setidaknya pada awal proses yang penting.

Nader Naderi, juru bicara tim Afghanistan, mengatakan mereka telah memutuskan untuk "menyelesaikan bagian yang tersisa secepatnya."

Awal perundingan pada hari Sabtu disambut baik di dalam dan di luar Afghanistan; namun, aktivis Afghanistan telah memperingatkan agar tidak mengorbankan hak asasi manusia, khususnya hak perempuan dan kebebasan berbicara, atas nama mengakhiri perang.

Sediqullah Tawheedi, wakil kepala Komite Keamanan Jurnalis Afghanistan, mengatakan tim negosiasi pemerintah harus membela kebebasan pers dan kebebasan berbicara dalam pembicaraan Doha. 

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda