Soal Suriah: Rusia Minta Maaf kepada AS
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM, Moskow – Kemhan Rusia telah memberitahu pasukan militer Amerika Serikat (AS) di Suriah bahwa Rusia tak dapat memberikan jaminan keamanan kepada tentara AS di Suriah, terutama dari potensi serangan balasan pasukan Iran.
Kemhan AS, Pentagon, dilaporkan telah menerima surat dari militer Rusia yang berisikan permintaan maaf atas ketidak mampuan Rusia membantu memberikan perlindungan bagi keberadaan tentara AS dari kemungkinan upaya pembalasan dari kelompok-kelompok bersenjata Iran yang berkonsentrasi di Suriah.
Seperti dilaporkan Ray al-Youm, Kamis (19/4/2018), militer Rusia menjelaskan bahwa tak seperti aktivitas militer Suriah sendiri, aktivitas militer Iran di Suriah berada di luar jangkauan koordinasi pusat komando militer Rusia di Suriah.
Dalam surat yang dilayangkan menyusul kontroversi penarikan atau penggantian pasukan AS di Suriah itu militer Rusia menjelaskan kepada AS bahwa pasukan Iran yang ada di Suriah bukanlah "militer" melainkan kelompok-kelompok sporadis yang sebagian besar senjatanya berkelas menengah, dan mereka sama sekali tidak pernah berminat menjalin koordinasi dengan Rusia.
Karena itu, militer Rusia meminta AS untuk melakukan upaya sendiri jika masih akan menyebar atau ketika akan menarik atau mengganti pasukannya karena secara teknis Rusia memang tak dapat memberikan garansi keamanan dalam masalah ini, berbeda halnya dengan tentara Suriah.
Sumber-sumber Yordania menyebutkan bahwa jumlah pasukan AS yang ada di Suriah tidak lebih dari 4000 personil, dan tersebar hanya di tiga posisi dalam bentuk kamp-kamp militer kecil.
Tidak adanya pusat komando operasi bersama untuk koordinasi kelompok-kelompok pasukan Iran dengan tentara Suriah yang berkoordinasi dengan tentara Rusia merupakan berita yang tergolong mengejutkan karena menandakan tidak adanya manajemen bilateral antara Teheran dan Moskow terkait dengan kondisi medan perang di Suriah. Pada gilirannya, surat itu juga menunjukkan adanya perselisihan terselubung antara Iran dan Rusia di medan tempur.
Temukan Gudang senjata kimia buatan Inggris dan Jerman
Tentara Rusia mengaku telah menemukan sebuah gudang dan laboratorium milik kawanan bersenjata untuk membuat senjata kimia di kota Douma, Ghouta Timur, provinsi Damaskus.
"Zat yang ditemukan, seperti thiodiglycol dan diethanolamine, diperlukan untuk produksi gas mustard sulfur dan nitrogen. Selain itu, silinder dengan klorin, mirip dengan yang digunakan oleh militan untuk menyiapkan cerita palsu yang tersebar luas, ditemukan di gudang itu," ungkap pakar pertahanan kimia Rusia, Alexander Rodionov, Selasa (17/4/2018).
"Dapat disimpulkan bahwa laboratorium ini digunakan oleh kelompok-kelompok bersenjata ilegal untuk memproduksi zat beracun."simpulnya.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova seperti dilansir Sputnik, hari Kamis (19/4) mengatakan, pasukan pemerintah Suriah saat melakukan operasi pembebasan kota Douma, menemukan sejumlah kontainer berisikan gas klorin buatan Jerman dan bom-bom asap yang diproduksi di Salisbury, Inggris."
Tujuan asli serangan AS, Inggris dan Perancis ke Suriah untuk memberikan semangat baru kepada para teroris dan menyiapkan kesempatan agar mereka dapat memperbarui kekuatannya," tegas Zakharova.
Jubir Kemenlu Rusia menjelaskan, para teroris meningkatkan aktivitas serangannya di kota Douma saat petugas agensi keamanan dan keselamatan PBB sedang mengevaluasi kondisi daerah itu sebelum tibanya para investigator Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan tampaknya para teroris justru mencemaskan kehadiran para investigator di Douma, Ghouta Timur.
Ketegangan di Suriah meningkat tajam menyusul serangan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis Sabtu lalu meluncurkan 103 rudal di beberapa sasaran di Suriah sebelum ada penyelidikan mengenai kasus ini oleh para ahli dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Serangan itu telah dikecam oleh sejumlah negara. (aagency/liputanislam.com)