Sabtu, 26 Juli 2025
Beranda / Berita / Dunia / Sinergi Syariat dan Teknologi: Kemenag Usulkan Image Processing di Forum MABIMS

Sinergi Syariat dan Teknologi: Kemenag Usulkan Image Processing di Forum MABIMS

Kamis, 24 Juli 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Forum MABIMS di Kuala Lumpur. [Foto: Humas Kemenag]


DIALEKSIS.COM | Kuala Lumpur - Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama, Arsad Hidayat, memaparkan urgensi dan relevansi penggunaan teknologi image processing dalam proses rukyatulhilal kepada peserta Muzakarah Falak Peringkat MABIMS Tahun 2025 yang berlangsung di Kuala Lumpur Malaysia, Kamis (24/7/2025).

Menurut Arsad, image processing atau pengolahan citra merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi astrofotografi yang bermanfaat dalam meningkatkan kualitas visual hilal. Teknologi ini membantu memperjelas citra hilal, baik dengan meningkatkan kontras maupun melalui teknik penumpukan gambar (stacking), sehingga hasilnya lebih mudah dianalisis.

“Teknologi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan rukyat secara langsung, melainkan memperkuatnya secara visual dan objektif,” jelas Arsad.

Ia memaparkan empat metode utama dalam image processing untuk rukyat, yakni: penyesuaian kontras satu citra, pengolahan kontras beberapa citra secara konsisten, serta penumpukan gambar baik dengan maupun tanpa kalibrasi.

Dari sisi syariat, lanjut Arsad, penggunaan alat bantu dalam rukyat bukanlah hal baru. Ulama klasik seperti al-Syarwani dan Bakhit al-Muthi’i telah membolehkan pemanfaatan alat bantu seperti kaca pembesar atau teropong, selama objek yang dilihat adalah hilal secara langsung, bukan pantulan atau hasil prediksi.

Senada dengan itu, para ulama kontemporer seperti Ma’ruf Amin dan Huzaemah T. Yanggo turut mendukung penggunaan teknologi dalam pelaksanaan ibadah, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariat.

“Syariat hadir untuk memudahkan, bukan menyulitkan. Maka selama teknologi membantu kejelasan, itu patut diadopsi,” ujar Arsad.

Kemenag menilai, teknologi image processing penting untuk mendukung objektivitas kesaksian rukyatulhilal. Dalam sistem tradisional, kesaksian cenderung bersifat subjektif karena hanya mengandalkan pengakuan saksi yang disumpah.

Dengan dukungan visual berupa gambar, hasil rukyat dapat diuji dan diverifikasi secara terbuka.

“Dengan gambar, kesaksian tidak hanya lebih kredibel, tetapi juga dapat dianalisis bersama secara ilmiah dan terbuka,” tambah Arsad.

Ia mengutip kaidah fikih al-surah ka al-syahid (gambar setara dengan saksi), serta prinsip bahwa sesuatu yang dapat ditetapkan melalui pengamatan langsung juga dapat ditetapkan melalui bukti kuat lainnya.

Meski demikian, Arsad menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian. Hasil image processing tetap harus disertai dengan kesaksian yang sah dan tunduk pada keputusan sidang isbat. Pendekatan ilmiah yang mampu meminimalisasi keraguan sangat dianjurkan guna menghindari spekulasi.

Melalui forum MABIMS, Arsad berharap pemanfaatan teknologi seperti image processing dapat menjadi jalan tengah dalam dinamika penentuan awal bulan kamariah serta mempererat kerja sama antarnegara.

“Dengan menggabungkan prinsip syariat dan inovasi teknologi, kita tidak hanya menjaga kesucian ibadah, tetapi juga membangun harmoni regional,” pungkasnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI