kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Setelah Punah 70 Tahun, Cheetah Kembali ke India

Setelah Punah 70 Tahun, Cheetah Kembali ke India

Sabtu, 17 September 2022 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Google.com/Ken Blum


DIALEKSIS.COM | Dunia - Cheetah kembali ke India setelah punah selama tujuh dekade. Delapan cheetah dari Namibia melakukan perjalanan panjang pada Sabtu (17/9/2022) dalam penerbangan kargo carteran ke Kota Gwalior di India utara. Kedatangan cheetah ini merupakan bagian dari rencana ambisius untuk memperkenalkan kembali hewan tersebut ke India.

Delapan cheetah itu ditempatkan di taman nasional yang luas di jantung India. Para ilmuwan berharap hewan darat tercepat di dunia itu dapat berkeliaran lagi.

Perdana Menteri India Narendra Modi melepaskan para cheetah ke kandang mereka pada Sabtu pagi. Awalnya para cheetah itu melangkah ragu-ragu ketika keluar kandang, sambil terus-menerus mengamati lingkungan baru mereka.

"Ketika cheetah kembali berlari, maka padang rumput akan kembali tumbuh, keanekaragaman hayati akan meningkat dan ekowisata akan mendapat dorongan," kata Modi.

Cheetah pernah tersebar luas di India dan punah pada 1952 karena perburuan liar dan hilangnya habitat. Mereka tetap menjadi predator pertama dan satu-satunya yang mati sejak kemerdekaan India pada 1947. India berharap dapat mengimpor cheetah Afrika untuk membantu melestarikan padang rumput yang terancam hilang.

Ada kurang dari 7.000 cheetah dewasa yang tersisa secara global, dan hanya sekitar 9 persen yang menempati habitat aslinya. Habitat cheetah menyusut, karena meningkatnya populasi manusia dan perubahan iklim. Laurie Marker, dari Cheetah Conservation Fund mengatakan, padang rumput serta hutan India dapat menawarkan rumah yang tepat untuk kucing besar tersebut.

“Untuk menyelamatkan cheetah dari kepunahan, kita perlu membuat tempat permanen untuk mereka di bumi,” kata Marker.

Populasi Cheetah di sebagian besar negara menurun. Sementara di Afrika Selatan, habitat para cheetah mulai menyusut. Para ahli berharap, hutan India dapat memberikan ruang bagi kucing-kucing ini untuk berkembang.  

Saat ini ada belasan cheetah yang dikarantina di Afrika Selatan. Mereka diperkirakan akan segera tiba di Taman Nasional Kuno. Awal bulan ini, empat cheetah yang ditangkap di cagar alam di Afrika Selatan diterbangkan ke Mozambik. Populasi cheetah di Mozambik telah menurun drastis.

Delapan cheetah dari Namibia akan dikarantina di sebuah fasilitas di taman nasional dan dipantau selama sebulan, untuk memastikan mereka tidak membawa hama. Kemudian mereka akan dilepaskan ke kandang yang lebih besar di taman nasional untuk membantu agar terbiasa dengan lingkungan baru mereka. 

Kandang taman nasional itu berisi mangsa alami seperti rusa tutul dan kijang. Para ilmuwan berharap cheetah tersebut akan mempelajari cara untuk berburu seperti di alam liar.

Cheetah akan dipasangi kalung pelacak dan dilepaskan ke taman nasional dalam waktu sekitar dua bulan. Pergerakan mereka akan dilacak secara rutin. Cagar alam ini cukup besar untuk menampung 21 cheetah. Jika para cheetah membangun wilayah dan berkembang biak, mereka dapat menyebar ke padang rumput dan hutan lain yang saling berhubungan, yang dapat menampung belasan cheetah lainnya.

Hanya ada satu desa dengan beberapa ratus keluarga yang masih tinggal di pinggiran cagar alam. Pejabat India mengatakan, mereka akan segera dipindahkan. Setiap warga desa yang kehilangan ternak karena cheetah akan diberi kompensasi. Proyek ini diperkirakan menelan biaya sebesar 11,5 juta dolar AS selama lima tahun, termasuk 6,3 juta dolar AS yang akan dibayar oleh perusahaan milik negara, Indian Oil.

India berharap dapat mendatangkan cheetah Asia. Tetapi hanya belasan cheetah yang bertahan di Iran dan populasi itu terlalu rentan untuk dipindahkan. Ahli genetika konservasi dari University of Veterinary Medicine di Wina, Pamela Burger, mengatakan, ada banyak kendala untuk mendatangkan cheetah di India. Salah satunya keberadaan predator lain di India seperti macan tutul yang mungkin bersaing dengan cheetah [ AP/republika].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda