Senin, 06 Oktober 2025
Beranda / Berita / Dunia / Rusia Gempur Ukraina, Polandia Siaga Tempur Jaga Wilayah Udara

Rusia Gempur Ukraina, Polandia Siaga Tempur Jaga Wilayah Udara

Minggu, 05 Oktober 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi pesawat tempur Rusia. Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto


DIALEKSIS.COM | Internasional - Konflik Rusia - Ukraina kembali memanas. Pada Minggu (5/10), pasukan Rusia menggempur habis-habisan wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, menewaskan seorang perempuan muda dan melukai sedikitnya sembilan orang lainnya.

Serangan tersebut merupakan bagian dari gelombang ofensif terbaru Moskow yang menyasar wilayah selatan dan timur Ukraina. Kepala wilayah Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengonfirmasi bahwa korban tewas adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang sempat dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia akibat luka serius.

Fedorov membagikan sejumlah foto dari lokasi serangan. Gambar-gambar itu memperlihatkan bangunan bertingkat yang hancur total, kendaraan terbakar, serta warga yang berusaha mengevakuasi diri di tengah reruntuhan.

Gempuran udara Rusia tersebut juga mengundang reaksi keras dari Polandia, negara anggota NATO yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Militer Polandia segera mengerahkan jet tempur dan menempatkan sistem pertahanan udara dalam siaga tinggi untuk memantau kemungkinan pelanggaran wilayah udara mereka.

“Pasukan udara kami telah dikerahkan untuk memantau aktivitas udara di perbatasan timur,” demikian pernyataan resmi Angkatan Bersenjata Polandia melalui platform X (Twitter).

Langkah ini diambil setelah beberapa kali drone dan jet tempur Rusia dilaporkan melintasi wilayah udara Polandia dalam beberapa pekan terakhir. Insiden tersebut memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik yang dapat menyeret NATO secara langsung ke dalam perang.

Sementara itu, Wali Kota Lviv, kota besar di Ukraina barat yang berbatasan dengan Polandia, menyebutkan bahwa seluruh jaringan transportasi umum di wilayahnya lumpuh akibat “serangan besar-besaran musuh.”

Hal serupa juga terjadi di Ivano-Frankivsk, di mana sistem transportasi umum ikut terhenti akibat kerusakan infrastruktur. “Kota kami mengalami dampak signifikan. Serangan ini menyasar fasilitas penting dan jaringan energi,” ujar Wali Kota setempat seperti dikutip AFP.

Serangan Rusia kali ini juga menargetkan infrastruktur energi Ukraina. Lebih dari 73 ribu pelanggan di Zaporizhzhia dilaporkan kehilangan pasokan listrik. Pemadaman serupa terjadi di sebagian wilayah Lviv akibat kerusakan jaringan utama.

Moskow tampaknya memperkuat strategi musim dingin dengan menghantam sistem energi Ukraina menjelang turunnya suhu udara. Serangan pekan ini disebut sebagai yang terbesar terhadap infrastruktur gas Ukraina sejak perang dimulai.

Dampaknya, sekitar 50 ribu rumah tangga di wilayah Chernigiv, bagian utara Ukraina, mengalami pemutusan aliran listrik.

Otoritas Ukraina menetapkan peringatan udara nasional sejak pukul 04.09 waktu setempat (01.09 GMT). Sirene peringatan berbunyi di berbagai kota besar termasuk Kiev, Kharkiv, Dnipro, dan Odesa.

Warga diminta tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah dan tidak melakukan perjalanan jarak jauh hingga situasi dinyatakan aman.

Meski Ukraina terus mendapat bantuan pertahanan udara dari negara-negara Barat, serangan udara Rusia masih berhasil menembus sistem pertahanan tersebut. Kondisi ini menambah tekanan bagi Kyiv yang kini harus menyeimbangkan antara menjaga infrastruktur vital dan mempertahankan garis depan perang.

Serangan besar-besaran ini menandai meningkatnya ketegangan di kawasan menjelang musim dingin, periode yang kerap dimanfaatkan Rusia untuk menekan Ukraina lewat strategi pemutusan energi.

Pakar hubungan internasional menilai, serangan terhadap infrastruktur sipil dan energi bukan hanya bertujuan melemahkan kemampuan militer Ukraina, tetapi juga menghancurkan semangat rakyat jelata di tengah keterbatasan listrik dan pemanas.

Kondisi tersebut menegaskan bahwa perang Rusia“Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda, bahkan justru kian mendekatkan kawasan Eropa Timur pada ketegangan baru yang berpotensi menular ke negara-negara anggota NATO.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI